Senin, 07 Desember 2015

pergaulan dalam perspektif islam

Tidak ada komentar:
PERGAULAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Ilmu Hadist
Dosen pengampu:
M. Mu’tasim Billah M.HI.
MAKALAH

Disusun oleh:
Siti Nur Khalifah  (933600314)
Umi Kulsum (933600514)
PROGRAM STUDI AKHLAK TASAWUF
JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
 (STAIN) KEDIRI
2015

A.    Pendahuluan
Sebagai masyarakat, kita tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Sosialisasi sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Adanya interaksi antara masyarakat, menjadikan masyarakat lain bisa mengenal dan bergaul sau sama lain.
Bergaul dengan orang banyak ditengah masyarakat mempunyai nilai keutamaan yang lebih dibandingkan dengan hidup menyendiri menjauh dari mereka. tetapi sebagai masyarakat kita harus pandai memilih dalam bergaul, karena tidak semua pergaulan itu baik.
Begitulah yang dapat kita lihat dari riwayat hidup Rasululloh Saw beserta sahabat- sahabat beliau yang mulia. Bahkan semua Nabi dan Rasul Allah sentiasa bergaul dan berkumpul secara integrl dengan orang di dalam masyarakat dan ternyata cara ini pula yang ditempuh ‘ulama pewarisnya.













B.     Hadist   dan Terjemahnya
عن أبي حمزة أنس بن ما لك رضي الله عنه, خادم رسول الله صلى الله عليه وسلم عن النبي صلى الله عليه وسلم قا ل:لا يؤ من أحدكم حتى يحب لأ خيه ما يحب انفسه. (رواه البخاري ومسلم)

Tejemah Hadist :
Dari Abhu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasululloh shalallohu’alaihi wa sallam, dari Rasululloh Saw, beliau bersabda,” tidak beriman salah seorang diantara kamu hingg dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk diriny sendiri”. (Riwayat Bukhori dan Muslim)

C.    Kritik Hadist
Hadist ini merupakan anjuran untuk mempersatukan ukhuwwah islamiah. Yang memiliki kandungan bahwa seorang mu’min dengan mu’min yang lainnya bagaikan satu jiwa, jika ia mencintai saudaranya maka seakan-akan dia mencintai dirinya sendiri. Anjuran untuk menjauhkan dari perbuatan hasad (dengki) dan bahwa hal tersebut bertentangan dengan kesempurnaan iman. Iman dapat bertambah dengan ketaatan  dan berkurang dengan kemaksiatan.
D.    Fiqhul Hadist
1.      Pengertian Pergaulan
Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya.
Tidak ada mahluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaan-Nya.

2.      Etika dalam bergaul dengan lingkungan
a.       Mengucapkan salam dan menjawab salam
Islam mengajarkan kepada sesama muslim untuk saling bertukar salam apabila bertemu atau bertamu, supaya rasa kasih sayang sesama dapat selalu terpupuk dengan baik. (QS. An: Nisaa : 46).
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلا يُؤْمِنُونَ إِلا قَلِيلا

Artinya: Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.
Minimal mengucapkan “Assalamu’alaikum. Karena mengucap salam hukumnya sunat, tetapi menjawabnya wajib. Jika bertamu yang mengucapkan salam terlebih dahulu adalah yang bertamu. (QS. An- Nur :27).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.


Tetapi untuk bertemu, yang terlebih dahulu mengucapkan salam adalah yang berada diatas kendaraan kepada yang berjalan kaki. Dan salam tidak harus diucapkan waktu saling bertemu saja, saat perpisahan juga.
Salam yang diajarkan oleh islam adalah salam yang bernilai tinggi, universal dan tidak terikat dengan waktu. Karena mengandung do’a, untuk mendapatkan keselamatan, rahmat dan berkah kepada Allah SWT. Universal karena berlaku untuk seluruh umat islam di mana saja berada tanpa mengenal perbedaan bangsa, bahasa dan warna kulit.
b.      Berjabat Tangan
Rasulullah saw mengajarkan bahwa untuk lebih menyempurkan salam dan menguatkan tali ukhuwah islamiyah, sebaiknya ucapan salam diikuti dengan berjabat tangan (bersalaman) tentu jika memungkinan. Berjabat tangan haruslah dilakukan dengan penuh keikhlasan yang tercemin dari cara bersalaman. Rasulullah saw mengajarkan kalau  menjabat tangan seseorang harus dengan penuh perhatian, keramahan dan muka yang manis. Ketika menjabat tangan jangan menarik tangan dengan cepat dan tergesa-gesa yang mengesankan kita berjabat tangan tidak dengan senang hati tapi karena terpaksa keadaan atau dengan perasaan yang berat.[1]
c.       Khalwah
Hal yang sangat penting untuk pergaulan wanita dan pria, terutama antar muda-mudi adalah masalah pertemuan antara pria dan wanita, terutama pertemuan pribadi. Rasululluh saw melarang pria dan wanita ber- khalwah, baik ditempat umum, apalagi di tempat sepi. Yang dimaksud ber khalwah adalah berdua-duaan antara pria dan wanita yang tidak punya hubungan suami istri dan tidak pula mahram tanpa ada orang ke tiga. Kenapa Rasulullah sangat melarang khalwah, karena syaitan akan selalu mencari peluang dan memanfaatkan segala kesempatan untuk menjerumuskan anak cucu Nabi Adam as.

3.      Menegakkan dan membina ukhuwah islamiyah
a.       Ta’aruf
Saling kenal mengenal, tidak hanya ta’aruf fisik atau biodata ringkas belaka, tapi lebih jauh lagi mengenal latar belakang pendidikan, budaya, dan keagamaan dll.
b.      Tafahum
Saling mengenali kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga segala macam bentuk kesalahfahaman dapat dihindari.
c.       Ta’awun
Saling tolong menolong. Yang kuat menolong yang lemah, yang mempunyai kelebihan menolong yang kekurangan.
d.      Takafal
Saling memberi jaminan, sehingga menimbulkan rasa aman. Tidak ada rasa kekwatiran dan kecemasan menghadapi hidup ini karena ada jaminan dari sesama saudara untuk memberikan pertolongan.
4.       Memelihara ukhuwah islamiyah
Supaya ukhuwah islamiyah tetap erat dan kuat , setiap muslim harus dapat menjahui segala sikap dan perbuatan yang dapat merusak dan memerenggangkan ukhuwah. Hal-hal yang dapat merusak dan merenggangkan ukhuwah islamiyah adalah :
-          Memperolok-olokkan orang lain, baik laki-laki maupun wanita, dengan kata-kata maupun dengan gerak-gerik yang dapat menimbulkan sakit hati dan permusuhan.
-          Mencaci orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan dan menghina.
-          Memanggil orang lain dengan gelar-gelar yang tidak disukai.
-          Berburuk sangka.
-          Mencari-cari kesalahan orang lain dan
-          Berguncing.
5.      Nilai negatif  dalam  pergaulan remaja
Ø  Suka keluyuran, menghabiskan waktu tanpa agenda dan tujuan yang jelas.
Ø  Bermalas-malasan dan suka menunda atau meringankan pekerjaan.
Ø  Ragu-ragu dan cenderung bimbang menjalani kehidupan.
Ø  Sering mengecilkan kemampuan dan potensi diri sendiri.
Ø  Mementingkan bermain ataupun santai daripada belajar.
Ø  Mudah larut dalam berbagai kesenangan tanpa perhitungan.
Ø  Kecenderungan untuk mengabaikan segala kebiasaan baik, seperti malas belajar, beribadah, dan berkarya.
Ø  Munculnya praktek hidup sehari-hari dengan gaya hidup penuh santai, duduk-duduk di pinggir jalan, main-main yang memakan waktu yang lama.
6.      Prinsip-prinsip yang harus dikembangkan dalam pergaulan agar terhindar dari pergaulan bebas.
-          Mampu mengontrol dan membawa diri dalam semua situasi
-          Mencari kawan yang baik dan dapat memberi motivasi untuk mengembangkan potensi diri
-          Mengembangkan sikap tanggung jawab terhadap semua tugas yang diemban sehingga dapat mempersiapkan masa depan yang gemilang
-          Mengembangkan diri untuk mencapai prestasi ataupun kematangan diri sehingga memiliki kemampuan dan modal yang cukup untuk menyongson masa depan
-          Tidak mudah larut dalam kesenangan dan pergaulan yang bebas karena kebiasaan ini akan menguras segala kemampuan dan dapat menghancurkan masa depan.[2]
7.       Membina akhlak remaja dalam pergaulaan
Akhlak yang baik adalah fondasi agama dan merupakan hasil dari usaha-usaha orang bertakwa. Dengan akhlak yang baik dapat membuat pelakunnya terangkat ke derajat yang tinggi. Pendidikan akhlak yang diterima remaja dari oang tua, guru, dan lingkungan yang akan menumbuhkan dalam diri remaja unsur-unsur ketahanan dalam dirinya. Hal ini akan sangat membantu berbagai persoalan, kenakalan, dan kegeisahan yang terjadi pada pergaulannya. Dan pada dasarnya remaja memerlukan adananya hubungan keharmonisan dengan sesama anggota keluarga. Remaja juga memerlukan suasana demokratis, kritis, jujur dan keterbukaan saat berkomunikasi dengan anggota keluargannya. Dengan demikian segala masalah dapat diseleseikan dengan baik, dalam halnya permasalahan yang mendasar yaitu, cara menanamkan akidah kepada dirinya sendiri. Dengan begitu terwujudnya remaja ideal, yaitu remaja yang bertaqwa kepada Allah.














PENUTUP


KESIMPULAN
Pergaulan yang baik adalah melaksanakan pergaulan menurut norma-norma kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan hukum syara’, serta memenuhi segala hal yang berhak mendapatkannya masing-masing menurut kadarnya.
Banyaknnya pergaulan yang sangat mengawatirkan remaja sekarang. Dimana-mana banyak aksi tawuran antar pelajar, remaja yang terlibat pergaulan bebas, penyalah gunaan narkotika, pencurian, dan pembunuhan. Membuat remaja jadi kurang semangat dalam belajar dan mereka berani membangkang kepada keluargannya. Untuk menanggulangi pergaulan seperti itu remaja perlu di bimbimg akhlak yang baik. Supaya mempunyai kepribadian yang baik. Dan menanamkan akhlak terhadap remaja berdasrkan konsep islam.
            Karena mendidik anak remaja sangat beda dengan mendidik anak kecil dan orang dewasa. Maka dari itu penanaman konsep dan metedologi harus diberikan ketika anak mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan supaya terhindar dari pergaulan yang tidak diinginkan.









DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman, Roli, M. Khamzah. Akhidah dan Akhlak. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2009.
Zakiy Al-kaaf, Abdullah. Etika Islam (Bimbingan Awal Menuju Hidayah Ilahi). Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2002.
Ibrahim. Darsono. Membangun Akhidah Dan Akhlak. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2009.
Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offest. 2011.
Aziz Asy Syalhub, Fuad Abdul. Al Muzaidi, Harist bin Zaidan. Etika Muslim (sehari-hari). Surabaya: PT. Elba FITRAH MANDIRI SEJAHTERA. 2011
Al Adawy, Musthafa. Fikih Akhlak. Jakarta: Qisthi Press. 2006.
Abdurrahman. Elan Sumarna. Metode Kritik Hadis. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. 2011.
Hajur. Al Asqlami. Bulugul Maram. Bandung: PT Mizan Pustaka anggota IKAPI. 2010.
Syarbini, Amirulloh. Akhmad Khusaeri. Kiat-kiat Islam Mendidik Akhlak Remaja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2012.
Qadir Jaelani, Syaikh Abdul. Fiqih Tasawuf. Bandung: PUSTAKA HIDAYAH. 2006 Ilyas Suhairi, Etika Remaja Islam (Bukittinggi : Yayasan al-anshar. 1990)








[1] Suhairi Ilyas, Etika Remaja Islam (Bukittinggi : Yayasan al-anshar, 1990), hlm. 23-26.
[2] Ibid 109

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top