Rabu, 02 Desember 2015

TAUBAT

Tidak ada komentar:
TAUBAT
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Hadits Tematik

Dosen Pengampu
M. Mu’tashim Billah, MA.







DisusunOleh :
Mochammad Misbahul Munir (933600214)


                    JURUSAN USHULUDDIN DAN ILMU SOSIAL
PRODI AKHLAK TASAWUF
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

 
2015


A.    Latar Belakang
Taubat adalah akhlak terpuji yang harus menghiasi setiap pribadi muslim. Orang yang taubat karena takut azab Allah disebut isim fa’il dari taba .
Orang bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu ; kembli sifat – sifat tercela menuju sifat terpuji , kembali dari larangan Allah menuju perintahnya , kembali dari maksiat menuju taat , kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridhainya , kembali dari saling bertentangan menuju saling menjaga persatuan , kembali kepada Allah setelah meninggalkannya dan kembali taat setelah melanggar larangannya .
Tidak sedikit orang-orang saleh awalnya adalah orang-orang yang sangat jahat saat mudanya. Setelah bertaubat, ia beristiqomah dalam berbuat baik dan pengabdian kepada Allah. Beberapa di antara mereka, pada akhirnya, menjadi tokoh panutan karena kesucian dan perilaku-perilaku yang membebaskan. Konon, Sunan Kalijaga adalah salah satu contoh beberapa orang-orang saleh yang berhasil tercerahkan, dan selanjutnya menjadi tokoh pemberi pencerahan pada masyarakat pada zamannya.Hidup suci dalam Islam bisa diraih oleh siapa saja. Kesucian hidup, bukanlah hak istimewa seseorang.

B.     Hadits dan Terjemah

قَالَ الله تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكْ بِيْ شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً   رواه الترمذي.
“Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memohon dan mengharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu yang lalu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu sampai ke awan langit, kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan dosa-dosa sepenuh bumi dan kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, niscaya Aku datangkan utukmu ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata: hadits ini hasan).

C.    Kritik Hadits
Dalam hadits di atas disebutkan tiga sebab mendapatkan ampunan:
1.      Berdoa dengan penuh harap.
2.      Beristighfar, yaitu memohon ampunan kepada Allah.
3.      Merealisasikan tauhid, dan memurnikannya dari berbagai bentuk syirik, bid’ah dan
4.      kemaksiatan. Hadits di atas juga menunjukkan luasnya rahmat Allah, ampunan, kebaikan dan anugerah-Nya yang banyak.
D.    Fiqhul Hadits
1.      Pengertian Taubat
Diantara berbagai amalan yang diharapkan seorang muslim melakukannya sehari-hari ialah istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas segala dosa. Ini disebut taubat. Kata istighfar adalah kata benda (verbal noun, mashdar) dari kata kerja “astaghfiru” (saya memohon ampun), yang merupakan permulaan formula permohonan ampun kepada Tuhan. Dalam al-Qur’an perintah memohon ampun tidak ditujukan hanya kepada kaum beriman pada umumnya, tetapi juga kepada Nabi sendiri. Ini sangat menarik mengingat Nabi utusan Allah yang terpelihara ( ma’shum) dari dosa. Namun justru kepada beliau Allah banyak merintahkan untuk mohon ampun atau istighfar. Salah satu perintah itu ialah yang diberikan sesudah sesudah keberhasilan Nabi membebaskan Makkah, seolah-olah perintah mohon ampun itu merupakan salah satu follow up pembebasan kota suci tempat kelahiran Nabi itu.[1]
Kebanyakan sufi menjadikan tobat sebagai perhentian awal di jalan menuju Allah. Pada tingkat terendah, tobat menyangkut dosa yang dilakukan jasad atau anggota-anggota badan. Pada tingkat menengah, di samping menyangkut dosa yang dilakukan jasad, tobat menyangkut pula pangkal dosa-dosa, seperti dengki, sombong, dan riya’ pada tingkat yang lebih tinggi, taubat menyangkut usaha menjauhkan bujukan setan dan menyadarkan jiwa akan rasa bersalah. Pada tingkat akhir, taubat berarti penyesalan atas kelengahan pikiran dalam mengingat Allah. Taubat pada tingkat ini adalah penolakan terhadap sesuatu yang dapatt memalingkan dari jalan Allah.[2]

2.      Keharusan Taubat
Taubat dari dosa yang dilakukan orang mukmin dalam perjalanannya kepada Allah, merupakan kewajiban beragama yang tak terelakkan, diperintahkan dalam al-Qur’an dan dianjurkan sunnah nabawy, semua ulama telah sepakat, sampai- sampai Sahl bin Abdullah berkata, “siapa yang mengatakan bahwa taubat bukat wajib, maka dia adalah orang kafir, dan siapa yang setuju dengan pendapat ini, juga orang kafir. Tidak ada sesuatu lebih wajib bagi manusia selain dari taubat, tidak ada hukuman yang lebih keras daripada hukuman karena tidak ingin mengetahui masalah taubat. Padahal tidak sedikit manusia yang tidak menguasai ilmu taubat.”
Taubat mendapat porsi perhatian yang sangat besar dalm al-Qur’an, sebagaimana yang tertuang diberbagai ayat dari surat Makiyyah maupun Madaniyah, diantaranya yang paling jelas dan nyata adalah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٨)

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (At-Tahrim:8)[3]

3.      Keutamaan Taubat Dan Orang-Orang Yang Bertaubat Menurut Al-Qur’an
Anjuran untuk bertaubat dan penekanannya telah disebutkan di dalam Al-Qur’an,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ (٢٢٢)
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang yang mensuciakan diri.” (Al-Baqarah:222)
Derajat apakah yang lebih tinggi daripada derajat cinta dari Allah? Dibagian terdahulu telah disebutkan sifat Ibadurrahman yang dimuliankan Allah dan dijanjikan masuk surga, yang disambut dengan salam sejahterah dan akan kekal di dalamnya. Dan diantara keutamaan yang diperoleh orang-orang yang bertaubat Allah menyibukkan para Malaikat-Nya agar memintakan ampunan kepada meraka dan berdoa kepada Allah agar Dia melindungi mereka dari siksa neraka Jahannam, lalu memasukkan mereka ke surga yang penuh kenikamatan, menjaga mereka dari kesalahan. Para Malaikat yang membawa Arsy dilangit juga sibuk memintakan ampunan bagi mereka, Allah berfirman yang artinya:
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ (٧)رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٨)وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (٩)
(malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan Malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan Kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, Ya Tuhan Kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu Maka Sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan Itulah kemenangan yang besar".(Al- Mukmin: 7-9)
Cukup banyak ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang mengabarkan diterimanya taubat orang-orang yang bertaubat, kalau memang taubat mereka itu tulus dan benar, yang tentunya dengan diikuti cara-cara tertentu. Penerimaan taubat ini dilandaskan kepada karunia, ampunan dan rahmat Allah, yang tidak akan menyempit karena keberadaan seseorang yang durhaka, seperti apaun kedurhakaannya itu. Terlebih lagi orang yang bertaubat dan juga memperbaiki diri serta beramal shalih.[4]
4.      Buah-Buah Taubat
1.      Penghapusan Keburukan Dan Masuk Surga
Buah yang paling penting adalah mendapatkan ampunan dan masuk surga, seperti yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya yang shalih, terdapat berbagai hal yang tidak pernah dilihat mata, didengar telinga dan terlintas dibenak manusia.
2.      Memperbarui Iman
Diantara buah yang nyata dari taubat ialah efektifitasnya untuk memperbari iman orang yang bertaubat dan memperbaikinya setelah dia mengerjakan kesalahan. Dosa dan kedurhakaan-kedurhakaan yang dilakukan orang muslim menodai imannya dan menciptakan luka, besar maupun kecil, tergantung dari besar kecilnya, banyak dan sedikitnya dosa yang dilakukan serta seberapa jauh pengaruh yang diakibatkannya terhadap jiwa.

3.      Mengganti Keburukan Dengan Kebaikan
Diantara buah taubat seperti yang disebutkan Allah di dalam Kitab-Nya adalah mengganti keburukan orang-orang yang bertaubat dengan kebaikan. Firman-Nya,
إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (٧٠)
“kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al-Furqan 70)
4.      Mengalahkan Musuh Yang Abadi
Diantara buah taubat adalah keberhasilan mengalahkan musuh yang abadi bagi manusia, yaitu syaitan yang telah bersumpah di hadapan Allah, “ Aku benar-benar akan menyesatkan Bani Adam dan memperdaya mereka”.
5.      Mengalahkan Bisikan Nafsu Yang Menyuruh Kepada Keburukan
Diantara buah taubat adalah kemenangan orang yang bertaubat dalam mengalahkan hawa nafsu yang bersemanyam direlung-relung dirinya dan yang selalu mendorongnya. Sebab sesuatu dengan naluri yang sudah tersusun di dalam dirinya, dia mempunyai kecenderungan untuk mendekati keburukan, kedurhakaan, malas mengerjakan kebaikan dan ketaatan.
6.      Ketundukan Hati Kepada Allah
Diantara buah taubat yang lansung bisa dirasakan adalah ketundukan hati kepada Allah Yang Maha agung, merasakan hakikat ubudiyah dan kepasrahan di hadapan-Nya. Taubat yang semurni-murninya menciptakan ketundukan yang sulit digambarkan dalam hati orang yang bertaubat dan yang merasakan dosanya, yang tidak dirasakan orang lain yang tidak berdosa. Dia ingin membuat perjanjian dengan Allah, berdiri di ambang pintu-Nya, serelah ia jauh dengan-Nya karena ada kedurhakaan. Tapi akhirnya kedurhakaan ini melahirkan kebaikan baginya. Berapa banyak orang yang mendapat mudharat justru mendatangkan manfaat, dan berapa banyak orang yang mendapat manfaat justru mengakibatkan musibah.
7.      Mendapatkan Cinta Allah
Diantara buah taubat adalah mendapatkan cinta Allah. Firman-Nya, “sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensuciakan diri.” (Al-Baqarah: 222). Mendapatkan cinta Allah bukanlah masalah remeh dan tidak gampang. Ini merupakan masalah yang besar, sulit dicari batasnnya dan tidak bisa diketahui kecuali oleh orang yang memang sudah mendapatkannya.
8.      Kegembiraan Allah Terhadap Orang Yang Bertaubat
Diantara buah taubat adalah mendapat kegembiraan yang amat besar, yang tidak dapat diserupai oleh kegembiraan apapun, karena ini adalah kegembiraan Allah Yang Mahatinngi. Allah azza wa jalla gembira terhadap taubat hamba-Nya, karena dia kembali kepada-Nya setelah menyimpang dari-Nya.[5]

5.      Penghambat-Penghambat Taubat
1.      Meremehkan Dosa
Urutan pertama dari berbagai macam penghambat dosa adalah meremehkan dosa, menganggapnya masalah yang enteng, hatinya tidak gundah dan tidak merasa takut. Tidak dapat diragukan, ini merupakan dampak dari kebodohan terhadap kedudun Allah SWT. Pencipta makhluk, raja dari segala raja, yang memiliki keagungan dan kemuliaan, yang menciptakan manusia dengan bentuk yang paling bagus, serta yang memuliakannya.
2.      Angan-Angan Yang Mengada-Ngada
Diantara sebab yang menghambat dan menunda taubat adalah angan-angan yang mengada-ngada dalam hidup ini. Artinya, seseorang menganggap hidupnya masih panjang, bahwa kematiannya masih jauh, umurnya masih lama dan bisa dipergunakan untuk bercanda ria sesukanya, lalai, mengumbar hawa nafsu dan mengikuti jalan setan.
3.      Mengandalkan Ampunan Allah
Diantara penghambat taubat adalah mengandalkan ampunan Allah dan keluasan rahmat-Nya, sebagaimana yang dikisahkan Allah tentang orang-orang Yahudi, “ Mereka mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata, kami akan beri ampun” (Al-A’rf:169). Tidak dapat diragukan, ini merupakan tipuan yang amat membahayakan. Dari mana ia mendapat jaminan bahwa Allah akan mengampuni dosanya? Apakah ia sudah membuat perjanjian atau mengambil kartu ampunan dari Allah? Allah mengampuni siapapun yang dikehendaki-Nya dan mengadzab siapapun yang dikehendaki-Nya serta tak seorang pun yang bisa mempengaruhi hikma-Nya.
4.      Dikungkung Dosa dan Putus Asa Mendapat Ampun
Diantara penghambat taubat bagi sebagian orang ialah karena hidupnya selalu jauh dari Allah, tenggelam dalam dosa, yang kecil maupun besar, melakukan apa yang dilarang, meninggalkan apa yang diperintahkan, mengabaikan hak Allah dan hak hamba, menyia-nyiakan sholat dan mengikupi berbagai macam syahwat. Tentu saja orang seperti ini tidak pernah menagis matanya, tidak pernah khusyu’ hatinya, tidak pernah ruku’ punggungnya, tidak pernah sujud keningnya, tidak menjadikan masjid sebagai tempatnya, tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai pendampingnya, tidak menjadikan Nabi Saw, sebagai teladanya dan tidak menjadikan para sahabat sebagai panutannya.
5.      Tidak Mengetahui Hakikat Kedurhakaan
Diantara penghambat taubat, seseorang melakukan satu kedurhakaan, sememtara dia tidak menyadarinya dan tidak tahu bahwa itu merupakan kedurhakaan. Pdahal boleh jadi itu merupakan kedurhakaan yang besar mudharatnya.
6.      Berdalil Dengan Takdir
Diantara penghambat taubat ialah berdalih dengan takdir. Orang yang terperangkap jerat kedurhakaan dan terpedaya berbagai angan-angan, jika diseru untuk melepas diri dari jerat kedurhakaan itu dan masuk ke alam ketaatan dan bergabung bersama orang-orang yang taat kepada Allah, berkata, “ Ini sudah takdirku. Allah telah menetapkannya atas diriku, sehingga aku tidak bisa lari darinya. Manusia harus rela terhadap ketetapan takdir atas dirinya. Sebab takdir lebih kuat dari diri kita, dan terlalu lemah untuk melawannya”.[6]


Kesimpulan

Pengertian taubat sendiri adalah menyesali perbuatan yang telah dilakukan untuk kembali kejalan yang benar. Memang manusia adalah tempat salah dan lupa maka dari itu kita dianjurkan untuk selalu bertaubat kepada Allah agar kita dapat maghfirohnya. Dan sehabis taubat kita akan mendapatkan buah-buah dari taubat kita yang sesungguhnya.
Seperti bertambahnya iman kita, dengan bertambahnya iman kita akan bisa lebih mengetahui dan membedakan hal-hal baik dan buruk untuk diri kita dan bisa mendapatkan surganya Allah SWT.




DAFTAR PUSTAKA

Al-Husaini Al-Hadad Abdullah bin Alwy, Risalah Al-mu’awanah. Pustaka Setia 1999.
Rakhmat Jalaluddin, MERAIH CINTA ILAHI,  Pustaka Iiman, 2008.
Solihin M. Tasawuf Tematik, Bandung: Cv Pustaka Setia, 2003
Syukur Amin, Tasawuf Bagi Orang Awam, LPK-2, Suara Merdeka, 2006.
Tebba Sudirman, Orietasi Sufistik Cak Nur, Jakarta: Dian Rakyat, 2011.
Yusuf, Taubat, Jakarta: CV Pustaka Al-Kautsar, 1998.


[1]Sudirman Tebba, Orietasi Sufistik Cak Nur, (Jakarta: Dian Rakyat, 2011), 145-146
[2]M. Solihin, Tasawuf Tematik, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2003), 17-18
[3]Yusuf Al-Qardhawy, Taubat, (Jakarta: CV Pustaka Al-Kautsar, 1998), 5-6
[4]Yusuf, Taubat, (Jakarta: CV Pustaka Al-Kautsar, 1998), 16-18
[5]Yusuf, Taubat, (Jakarta: CV Pustaka Al-Kautsar, 1998), 191-209
[6]Yusuf, Taubat, 215-229

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top