Sabtu, 12 Desember 2015

SISTEM POLITIK DAN MILITER DINASTI USTMANI

Tidak ada komentar:
SISTEM POLITIK DAN MILITER DINASTI USTMANI
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas  mata kuliah  
Sejarah Peradaban Islam semester II tahun ajaran 2014/2015
Dosen pengampu: Tasmin, M.A.
MAKALAH
Logo_STAIN_Kediri.jpg


Disusun oleh:
Umi Kulsum (933600514)
PROGRAM STUDI AKHLAK TASAWUF
JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
 (STAIN) KEDIRI
2015
SISTEM POLITIK DAN MILITER DINASTI USTMANI
I.                   PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang Masalah
 Setelah khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama yang lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradapan Islam banyak yang hancur akibat serangan mongol itu.
            Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar:  Ustmani di Turki, Mughal di India, dan Shafawi di Persia.
            Dari ketika kerajaan itu kerajaan Ustmanilah yang pertama berdiri, terbesar  dan paling lama bertahan. Disamping itu memiliki peran yang sangat penting dalam ekspansi wilayah kekuasaan Islam.
            Namun perlu ditelaah lebih lanjut mengenai sejarah dinasti Ustmani ini. Dan khususnya perkembangan di bidang politik hinggga memiliki kekuasaan yang luas.

B.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang di uraikan sebelumnya, berikut ini rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini:
1.      Bagaimana sejarah berdirinya dinasti Ustmani di Turki?
2.      Bagaimana sistem politik dan militer dinasti Ustmani?
3.      Bagaimana runtuhnya dinasti Utsmani?



 


II.                PEMBAHASAN
A.    Sejarah berdirinya dinasti Turki Ustmani
Kerajaan Turki Ustmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang berasal dari wilayah Asia Tengah, yang termasuk suku kayi, Sulaiman Syah, mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol tersebut dan lari ke arah Barat. Bangsa Mongol itu mulai menyerang dan menaklukkan wilayah  Islam yang berada di bawah kekuasaan dinasti Khwarazm Syah tahun 1219-1220. Sulaiman Syah meminta perlindungan kepada Jalal Ad-Din, pemimpin terakhir dinasti Khwarazm di Transoksania, sebelum dikalahkan oleh pasukan Mongol. Jalal ad Din memberi jalan agar sulaiman pergi ke Barat ke arah Asia kecil, dan disanalah mereka menetap. Sulaiman ingin pindah lagi ke wilayah Syam setelah ancaman Mongol reda. Dalam usahanya pindah ke Syam itu, pimpinan orang-orang Turki tersebut mendapat kecelakaan hanyut di sungai Euphrat yang tiba-tiba pasang karena banjir besar, tahun 1228.[1]
Mereka akhirnya terbagi menjadi dua kelompok, yang pertama ingin pulang ke negeri asalnya, yang kedua meneruskan perantauannya ke wilayah Asia Kecil. Kelompok kedua itu berjumlah sekitar 400 keluarga yang dipimpin oleh Erthogol(Arthogol), anak Sulaiman. Mereka akhirnya menghambakan dirinya kepada Sultan ‘Ala ad-Din 11 dari Turki Saljuq Rum yang pemerintahannya berpusat di Konya, Anatolia,Asia Kecil. Pada waktu itu bangsa Saljuq yang serumpun dan seagama dengan orang-orang Turki imigran tadi melihat bahaya bangsa Romawi Timur(Bizantium). Dengan adanya tambahan pasukan baru dari saudara sebangsanya itu, pasukan Saljuq menang atas Romawi. Sultan gembira akan kemenang tersebut dan memberi hadiah kepada Erthogol wilayah yang berbatasan dengan Bizantium. Dengan senang hati Erthogol membangun tanah itu dan berusaha memperluasnya dengan merebut dan merongrong wilayah Bizantium.
Erthogol mempunyai putra yang bernama Usman yang diperkirakan lahir tahun 1258. Nama Usman itulah yang diambil nama untuk kerajaan Turki Usmani. Erthogol meninggal tahun 1280. Usman ditunjuk menggantikan kedudukan ayahnya sebagai pemimpin suku bangsa Turki atas persetujuan Sultan Saljuq, yang merasa gembirakarena pemimpin baru itu dapatmeneruskan kepemimpinannya terdahulu. Sultan banyak memberi hak istimewa kepada Ustman dan mengangkatnya menjadi Gubernur.[2]

Pada tahun1300M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Jalal Ad Din terbunuh. Dan kerajaan Sajuk Rum ini kemudian terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil. Ustman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang di dudukinya. Sejak itulah kerajaan Ustmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah ustman yang sering disebut juga Ustman I.[3]
Setelah Ustman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Ustman(raja besar keluarga Ustman) tahun 699H(1300M) setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang perbatasan Bizantium dan menklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian tahun 1326 M dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Ustmani.[4]
 Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M), Turki Usmani dapat menakhlukkan Azumia (1327 M), Tasasyani(1330 M), Uskandar(1328 M) Ankara(1354M), Gallipoli(1356M) daerah ini adalah bagian bumi eropa yang pertama kali didududki kerajaan Ustmani.[5]
Ketika Murad I, pengganti Orhkan, berkuasa(761H/1359 M- 789H/1389M), selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat menakhlukkan kota Andrianopel- yang kemudian dijadikan Ibukota yang baru, Macedona, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian Utara Yunani. Merasa cemas kemajuan ekspansi kerajaaan ini ke Eropa,Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu disiapkan untuk memukul mundur Turki Ustmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun, sultan Bayazid I (1389-1403M), pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah amat gemilang bagi umat Islam[6].
Ekpansi kerajaan Ustmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke konstatinopel, tentara Mongol yang dipimpin oleh  Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Ustmani mwngalami kekalahan. Bayazid brsama putranya, Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M.[7] Kekalahan ini membawa akibat buruk bagi Turki Ustmani. Penguasa-penguasaSeljuk di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Ustmani. Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada tu putra-putra yazid berebut kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya. [8]
Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M,kerajaan Mongol di pecah dan di bagi-bagi kepada putra-putranya yang satu sama lain saling berselisih.kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Turki Ustmani unuk melepaskan diri dari kekuasaan Mongol.Namun, pada saat seperti itu juga terjadi perselisihan antara putra-putra Bayazid (Muhammad, Isa, Sulaiman).Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudaranya . usahanya yang pertama kali adalah  mengadakan perbaikan-perbaikan dan menjaga keamanan dalam negeri. Usaha ini diteruskan oleh Murad II (1421-1451 M), sehingga Turki Ustmani mencapai puncak kejayaan pada masa Muhammad II atau biasa disebut dengan Muhammad Al- Fatih ( 1451-1484 M).[9]
Muhammad Al Fatih dpat menaklukkan Konstatinipel pada tahun 1453 M.Ibukota Bizantium itu akhirnya dapat ditaklukkanoleh pasuka Islam dibawah Turki Ustmani pda masa pemerintahan sultan Muhammad II . telah berulang kali pasukan Islam sejak msa Umayyah berusaha menaklukkan Konstatinopel, tetapi selalu gagal karena kokohnya benteng di kota tua itu.[10]
Dengan terbukanya kota Kontatinopel sebagai benteng terkuat pertahanan Bizantium, lebih memudahkan arus ekspansi turki Usmani ke benua Eropa. Dan wilayah Eroa bagian Timur semakin terancam oleh Turki Ustmani karena ekspansi Turki Ustmani juga dilakukan ke wilayah ini, bahkan sampai ke pintu gerbang kota Wina, austria. Akan tetapi, ketika Sultan Salim I (1512-1520 M) naik tahta, ia mengalihkan prhatian ke arah Timur dengan menaklukn Persia, Syiria, dan dinasti Mmalik di Mesir. Usaha Siltan Salim ini di kembangkan oleh Sultan sulaiman Al- Qanuni(1520-1566 M). Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rhodes, Tunis, Budhapest dan Yaman. [11]
Setelah Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang menyebabkan kerajaan Turki Ustmani mundur.akan tetapi, meski mengalami kemunduran,kerajaan ini untuk masa berabad-abad masih dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang militer. Dan masih bertahan lima abad lagi setelah itu. Kemajuan dam perkembangan ekspansi kerajaan Ustmani yang memiliki luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang dalam bidang yang lain.



B.     Sistem Politik dan Militer

Para pemimpin kerajaan Ustmani pada masa pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi yang luas dan cepat. Meskipun demikian, kemajuan kkerajaan Ustmani sehingga mencapai keemasannya itu,bukan semata-mata kerena keunggulan politik para pemimpinnya. Masih banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu.Y ang terpenting diantaranya adlah keberanian, ketrampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan saja.[12]
Kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Pengorganisaian yang baik dan strategi tempur militer Ustmani berlangsung dengan baik. Pembaharuan dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan sangat berarti bagi pembaharuan militer Turki. Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajuri.[13]
Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer yang disebut pasukan Yenisseri atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah kerajaan Ustmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penakhlukkan negeri-negeri non muslim di timur yang berhasil dengan sukses.[14]
Disamping Yenisseri, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang di kirim kepada perintah pusat. Pasukan ini disebut kelompok militer Tjaujiah. Angkatan lautpun dibenahi, karena ia memunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Ustmani. Pada abad 16, angkatan laut Turki Ustmani mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan Militer Turki Ustmani yang tangguh itu dapat dengann cepat menguasai wilayah yang amat luas, baik Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong kemajuan dibidang militer ini ialah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan. Tabiat ini merupakan tbiat alami yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.[15]
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas , sultan-sultan Turki Ustmani senntiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi dibantu oleh perdana mentri, yang membawahi gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang bupati. [16]
Untuk mengatur urusan emerintahan negara, di masa sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab Undang-Undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa Al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Ustmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman Al Qanuni.
Kemajuan dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan ini membawa Dinasti Turki disegani pada masa kejayaannya.[17]

C.    Kemunduran Turki Ustmani
Setelah sultan Sulaiman Qanun wafat (1566 M), keerajaan Turki Ustmani memulai memasuki fase kemunduran. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman AlQanuni digantikan oleh Sultan Salim II(1566-1573). Di masa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut kerajaan Ustmani dengan armada laut Kriten yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bandukia, angkatan laut Sri Paus dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. [18]
Pertempuran ini terjadi di Selat Liponto Yunani. Dalam pertempuran ini Turki Ustmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa Sultan berikutnya, Sultan Murad II, pada tahun 1575 M Tunisia dapat direbut kembali.
Walaupun sultan Murad III (1574-1595M) berkepribadian jelek dan suka memperturutkan hawa nafsunya, Kerajaan Ustmani pada masanya berhasil menyerbu Kaukasus dan menguasai Tiflis di laut Hitam (1577 M), merampas kembali Tabriz, ibukota Safawi, menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam negeri Polandia dan mengalahkan Gubernur Bostnia pada tahun 1593 M. Namun kehidupan moral Sultan yang jelek menyebabkan timbulnya kekacaun dalam negeri. Dalam situsi yang kurang baik itu, Austria berhasil memukul kerajaan Ustmani meskipun sultan Ahmad I (1603-1617 M), pengganti Muhammad III, sempat bangkit untuk memperbaiki situasi dalam negeri , tetapi kejayaan Ustmani dimata bangsa Eropa sudah memudar. Sesudah sultan Ahmad I (1603-1617 M), situasi mulai memburuk dengan naiknya Mustafa I. Karena gejolak politik dalam negeri tidak bisa ditasinya, Syaikh Al-Islam mengeluarkan fatwa agar ia turun dari tahta dan diganti oleh Ustman II (1618-1622 M). Yang tersebut yang terakhir ini juga tidak mampu mempernbaiki keadaan. Dalam situasi demikian, bangsa Persia bangkit mengadakan perlawanan merebut wilayahnya kembali. Kerajaan Ustmani sendiri tidak mampu berbuat banyak dan terpaksa melepaskan wilayah Persia tersebut. Langkah-langkah perbaikan kerajaan mulai  diusahakan oleh Sultan Murad IV (1623-1640 M). Pertama-tama ia mencoba menyusun dan menertibkan pemerintahan.  Situasi politik yang mulai membaik ini kembali merosot pada masa pemerintahan Ibrahim (1640-1648 M), karena ia termasuk orang yang lemah. Pada masanya ini, orang-orang Venetia melakukan peperang laut melawan dan berhasil mengusir orang-orang Turki Ustmani dani Cyprus dan Creta tahun 1645 M. Kekalahan itu berhasil membuat Muhammad Koprulu pada kedudukan sebagai wazir atau perdana mentri yang diberi kekuasaan absolut. Ia berhasil mengembalikan peraturan dan mengkonsodalitaskan stabilitas keuangan negara. Setelah Koprulu meninggal jabatannya dippegang oleh anaknya, Ibrahim. Ia menyangka bahwa kekuatan militernya sudah pulih sama sekali. Karena itu ia menyerbu Hongaria dan mengancam Vienna. Namun, perhitungan Ibrahim meleset, ia kalah dalam pertempuran itu secara berturut-turut. Pada masa selanjutnya wilayah Turki yang sangat luas itu sedikit demi sedikit terlepas dari kekuasaannya, direbut oleh negara-negara Eropa yang mulai bangkit.
Demikianlah proses kemunduran yang terjadi di kerajaan Ustmani selama dua abad lebih setelah ditinggal kematian sultan Sulaiman AlQanuni.[19]
Banyak faktor yang menyebabkan Ustmani mengalami kemunduran, diantaranya adalah:
1.      Wilayah kekuasan yang sangat luas
2.      Heterogenitas penduduk
3.      Kelemahan para penguasa
4.      Budaya Pungli
Pungli merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dalam kerajaan Ustmani . setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan sogokan tersebut.
5.      Pemberontakan tentara Jenissari
6.      Merosotnya Ekonomi
Akibat perang yang tak pernah berhenti,perekonomian negara merosot. Pendapatan berkurang, sementara belanja negara sangat besar terutama untuk biaya perang.
7.      Tarjadinya Stagnasi dalam lapangan Ilmu dan Tekhnologi
Kerajaan Ustmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan tekhnologi, karena hanya mengutamakan pengembangan kemiliteran.
      Demikianlah proses kemunduran kerajaan besar Ustmani. Pada masa selajutnya, periode modern, kelemaha kerajaan ini menyebabkan kekuatan-kekuatan Eropa tanpa segan-segan menjajah dan menduduki daerah-daerah muslim yang dulunya berada di wilayah kekuasaan Kerajaan Ustmani, terutama di Timur Tengah dan Afrika Utara.[20]

III.             KESIMPULAN
Dinasti Turki Ustmani merupakan kerajaan Islam yang berkuasa cukup lama selam 7 abad lamanya(1290-1924 M) dan merupakan kerajaaan besar. Kerajaan Ustamani ddirikan oleh Ustman I putra Erthogul bangsa Turki dari kabilah Oghusnyang mula-mula mendiami daerah Mongol dan  Utara Cina.
       Turki Ustmani yang pernah berjaya sebagai kekhalifahan yang terakhir dalam dunia Islam, akhirnya mengalami mesa kemunduran karena beberap faktor yang melatarbelakanginya. Walaupun demikian, kebesaran yang dialaminya telah membawa pengaruh yang besar dalam dunia peradapan khususnya dunia peradapan Islam.












DAFTAR PUSTAKA
Syafiq, A. Mughni . sejarah Kebdayaan Islam di Turki.Jakarta:Logos Wacana Ilmu.1997
Munir Amin,Samsul . Sejarah Peradapan Islam.Jakarta: Amzah.2013
Yatim, Badri.Sejarah Peradapan Islam.Jakarta:Rajawali Pers.2011




[1]A. Mughni Syafiq, sjarah Kebdayaan Islam di Turkie(Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1997),51.
[2] Ibid.
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam,(Jakarta:Rajawali Pers,2011),130.
[4] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradapan Islam, (Jakarta: Amzah,2013),135.
[5] Ibid.
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam.,131.
[7] Ibid.
[8] Ibid.
[9] Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam.,132.
[10]  Samsul Munir amin, Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam.,196.
[11] Ibid.
[12] Samsul Munir amin, Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam.,200.
[13] Samsul Munir amin, Sejarah Peradapan Islam.,201.
[14] Ibid.
[15] Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam.,135.
[16] Ibid.
[17] Samsul Munir amin, Sejarah Peradapan Islam.,202.
[18] Samsul Munir amin, Sejarah Peradapan Islam.,205.
[19]Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam.,165-166.
[20] Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam.,167-169.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top