PERGAULAN DALAM PERSPEKTIF
ISLAM
Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Ilmu Hadist
Dosen pengampu:
M. Mu’tasim Billah M.HI.
MAKALAH
Disusun oleh:
Siti Nur Khalifah (933600314)
Umi Kulsum (933600514)
PROGRAM STUDI AKHLAK TASAWUF
JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
KEDIRI
2015
A. Pendahuluan
Sebagai masyarakat,
kita tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Sosialisasi sangat diperlukan
untuk kelangsungan hidup manusia. Adanya interaksi antara masyarakat,
menjadikan masyarakat lain bisa mengenal dan bergaul sau sama lain.
Bergaul dengan
orang banyak ditengah masyarakat mempunyai nilai keutamaan yang lebih
dibandingkan dengan hidup menyendiri menjauh dari mereka. tetapi sebagai
masyarakat kita harus pandai memilih dalam bergaul, karena tidak semua pergaulan
itu baik.
Begitulah yang
dapat kita lihat dari riwayat hidup Rasululloh Saw beserta sahabat- sahabat
beliau yang mulia. Bahkan semua Nabi dan Rasul Allah sentiasa bergaul dan
berkumpul secara integrl dengan orang di dalam masyarakat dan ternyata cara ini
pula yang ditempuh ‘ulama pewarisnya.
B. Hadist dan Terjemahnya
عن أبي حمزة أنس بن
ما لك رضي الله عنه, خادم رسول الله صلى الله عليه وسلم عن النبي صلى الله عليه
وسلم قا ل:لا يؤ من أحدكم حتى يحب لأ خيه ما يحب انفسه. (رواه البخاري ومسلم)
Tejemah Hadist :
Dari Abhu Hamzah,
Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasululloh shalallohu’alaihi wa sallam,
dari Rasululloh Saw, beliau bersabda,” tidak beriman salah seorang diantara
kamu hingg dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk diriny
sendiri”. (Riwayat Bukhori dan Muslim)
C.
Kritik Hadist
Hadist ini
merupakan anjuran untuk mempersatukan ukhuwwah islamiah. Yang memiliki kandungan
bahwa seorang mu’min dengan mu’min yang lainnya bagaikan satu jiwa, jika ia
mencintai saudaranya maka seakan-akan dia mencintai dirinya sendiri. Anjuran
untuk menjauhkan dari perbuatan hasad (dengki) dan bahwa hal tersebut
bertentangan dengan kesempurnaan iman. Iman dapat bertambah dengan
ketaatan dan berkurang dengan
kemaksiatan.
D.
Fiqhul Hadist
1.
Pengertian Pergaulan
Pergaulan adalah satu cara
seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain
menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi
setiap manusia yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang
aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena
memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam
kehidupannya.
Tidak ada mahluk yang sama
seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada
persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan manusia. Lima
milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk
khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul
sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah
laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud
keagungan dan kekuasaan-Nya.
2. Etika
dalam bergaul dengan lingkungan
a. Mengucapkan
salam dan menjawab salam
Islam
mengajarkan kepada sesama muslim untuk saling bertukar salam apabila bertemu
atau bertamu, supaya rasa kasih sayang sesama dapat selalu terpupuk dengan
baik. (QS. An: Nisaa : 46).
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ
سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ
وَطَعْنًا فِي الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ
وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ
فَلا يُؤْمِنُونَ إِلا قَلِيلا
Artinya: Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan
dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami
tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah"
sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan):
"Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya
mereka mengatakan: "Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan
perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat,
akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak
beriman kecuali iman yang sangat tipis.
Minimal
mengucapkan “Assalamu’alaikum. Karena mengucap salam hukumnya sunat, tetapi
menjawabnya wajib. Jika bertamu yang mengucapkan salam terlebih dahulu adalah
yang bertamu. (QS. An- Nur :27).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ
حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.
Tetapi
untuk bertemu, yang terlebih dahulu mengucapkan salam adalah yang berada diatas
kendaraan kepada yang berjalan kaki. Dan salam tidak harus diucapkan waktu
saling bertemu saja, saat perpisahan juga.
Salam
yang diajarkan oleh islam adalah salam yang bernilai tinggi, universal dan
tidak terikat dengan waktu. Karena mengandung do’a, untuk mendapatkan
keselamatan, rahmat dan berkah kepada Allah SWT. Universal karena berlaku untuk
seluruh umat islam di mana saja berada tanpa mengenal perbedaan bangsa, bahasa
dan warna kulit.
b. Berjabat
Tangan
Rasulullah
saw mengajarkan bahwa untuk lebih menyempurkan salam dan menguatkan tali
ukhuwah islamiyah, sebaiknya ucapan salam diikuti dengan berjabat tangan
(bersalaman) tentu jika memungkinan. Berjabat tangan haruslah dilakukan dengan
penuh keikhlasan yang tercemin dari cara bersalaman. Rasulullah saw mengajarkan
kalau menjabat tangan seseorang harus
dengan penuh perhatian, keramahan dan muka yang manis. Ketika menjabat tangan
jangan menarik tangan dengan cepat dan tergesa-gesa yang mengesankan kita
berjabat tangan tidak dengan senang hati tapi karena terpaksa keadaan atau
dengan perasaan yang berat.[1]
c. Khalwah
Hal yang sangat penting untuk pergaulan
wanita dan pria, terutama antar muda-mudi adalah masalah pertemuan antara pria
dan wanita, terutama pertemuan pribadi. Rasululluh saw melarang pria dan wanita
ber- khalwah, baik ditempat umum, apalagi di tempat sepi. Yang dimaksud ber khalwah
adalah berdua-duaan antara pria dan wanita yang tidak punya hubungan suami
istri dan tidak pula mahram tanpa ada orang ke tiga. Kenapa Rasulullah sangat
melarang khalwah, karena syaitan akan selalu mencari peluang dan memanfaatkan
segala kesempatan untuk menjerumuskan anak cucu Nabi Adam as.
3. Menegakkan dan membina ukhuwah islamiyah
a. Ta’aruf
Saling kenal mengenal,
tidak hanya ta’aruf fisik atau biodata ringkas belaka, tapi lebih jauh lagi
mengenal latar belakang pendidikan, budaya, dan keagamaan dll.
b. Tafahum
Saling mengenali
kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga segala
macam bentuk kesalahfahaman dapat dihindari.
c. Ta’awun
Saling tolong menolong.
Yang kuat menolong yang lemah, yang mempunyai kelebihan menolong yang
kekurangan.
d. Takafal
Saling memberi jaminan,
sehingga menimbulkan rasa aman. Tidak ada rasa kekwatiran dan kecemasan
menghadapi hidup ini karena ada jaminan dari sesama saudara untuk memberikan
pertolongan.
4. Memelihara ukhuwah islamiyah
Supaya ukhuwah
islamiyah tetap erat dan kuat , setiap muslim harus dapat menjahui segala sikap
dan perbuatan yang dapat merusak dan memerenggangkan ukhuwah. Hal-hal yang
dapat merusak dan merenggangkan ukhuwah islamiyah adalah :
-
Memperolok-olokkan
orang lain, baik laki-laki maupun wanita, dengan kata-kata maupun dengan
gerak-gerik yang dapat menimbulkan sakit hati dan permusuhan.
-
Mencaci orang
lain dengan kata-kata yang menyakitkan dan menghina.
-
Memanggil orang
lain dengan gelar-gelar yang tidak disukai.
-
Berburuk sangka.
-
Mencari-cari
kesalahan orang lain dan
-
Berguncing.
5. Nilai
negatif dalam pergaulan remaja
Ø Suka
keluyuran, menghabiskan waktu tanpa agenda dan tujuan yang jelas.
Ø Bermalas-malasan
dan suka menunda atau meringankan pekerjaan.
Ø Ragu-ragu
dan cenderung bimbang menjalani kehidupan.
Ø Sering
mengecilkan kemampuan dan potensi diri sendiri.
Ø Mementingkan
bermain ataupun santai daripada belajar.
Ø Mudah
larut dalam berbagai kesenangan tanpa perhitungan.
Ø Kecenderungan
untuk mengabaikan segala kebiasaan baik, seperti malas belajar, beribadah, dan
berkarya.
Ø Munculnya
praktek hidup sehari-hari dengan gaya hidup penuh santai, duduk-duduk di
pinggir jalan, main-main yang memakan waktu yang lama.
6. Prinsip-prinsip
yang harus dikembangkan dalam pergaulan agar terhindar dari pergaulan bebas.
-
Mampu mengontrol
dan membawa diri dalam semua situasi
-
Mencari kawan
yang baik dan dapat memberi motivasi untuk mengembangkan potensi diri
-
Mengembangkan
sikap tanggung jawab terhadap semua tugas yang diemban sehingga dapat
mempersiapkan masa depan yang gemilang
-
Mengembangkan
diri untuk mencapai prestasi ataupun kematangan diri sehingga memiliki
kemampuan dan modal yang cukup untuk menyongson masa depan
-
Tidak mudah
larut dalam kesenangan dan pergaulan yang bebas karena kebiasaan ini akan
menguras segala kemampuan dan dapat menghancurkan masa depan.[2]
7. Membina akhlak remaja dalam pergaulaan
Akhlak
yang baik adalah fondasi agama dan merupakan hasil dari usaha-usaha orang
bertakwa. Dengan akhlak yang baik dapat membuat pelakunnya terangkat ke derajat
yang tinggi. Pendidikan akhlak yang diterima remaja dari oang tua, guru, dan
lingkungan yang akan menumbuhkan dalam diri remaja unsur-unsur ketahanan dalam
dirinya. Hal ini akan sangat membantu berbagai persoalan, kenakalan, dan
kegeisahan yang terjadi pada pergaulannya. Dan pada dasarnya remaja memerlukan
adananya hubungan keharmonisan dengan sesama anggota keluarga. Remaja juga
memerlukan suasana demokratis, kritis, jujur dan keterbukaan saat berkomunikasi
dengan anggota keluargannya. Dengan demikian segala masalah dapat diseleseikan
dengan baik, dalam halnya permasalahan yang mendasar yaitu, cara menanamkan
akidah kepada dirinya sendiri. Dengan begitu terwujudnya remaja ideal, yaitu
remaja yang bertaqwa kepada Allah.
PENUTUP
KESIMPULAN
Pergaulan yang baik adalah melaksanakan pergaulan menurut norma-norma
kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan hukum syara’, serta memenuhi segala
hal yang berhak mendapatkannya masing-masing menurut kadarnya.
Banyaknnya pergaulan yang sangat mengawatirkan
remaja sekarang. Dimana-mana banyak aksi tawuran antar pelajar, remaja yang
terlibat pergaulan bebas, penyalah gunaan narkotika, pencurian, dan pembunuhan.
Membuat remaja jadi kurang semangat dalam belajar dan mereka berani membangkang
kepada keluargannya. Untuk menanggulangi pergaulan seperti itu remaja perlu di
bimbimg akhlak yang baik. Supaya mempunyai kepribadian yang baik. Dan
menanamkan akhlak terhadap remaja berdasrkan konsep islam.
Karena mendidik anak remaja sangat beda dengan mendidik anak kecil dan orang dewasa. Maka dari itu penanaman konsep dan metedologi harus diberikan ketika anak mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan supaya terhindar dari pergaulan yang tidak diinginkan.
Karena mendidik anak remaja sangat beda dengan mendidik anak kecil dan orang dewasa. Maka dari itu penanaman konsep dan metedologi harus diberikan ketika anak mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan supaya terhindar dari pergaulan yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Rahman, Roli, M. Khamzah. Akhidah dan Akhlak. Solo: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri. 2009.
Zakiy
Al-kaaf, Abdullah. Etika Islam (Bimbingan Awal Menuju Hidayah Ilahi). Bandung:
CV PUSTAKA SETIA. 2002.
Ibrahim.
Darsono. Membangun Akhidah Dan Akhlak. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri. 2009.
Ilyas,
Yunahar. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offest. 2011.
Aziz
Asy Syalhub, Fuad Abdul. Al Muzaidi, Harist bin Zaidan. Etika Muslim
(sehari-hari). Surabaya: PT. Elba FITRAH MANDIRI SEJAHTERA. 2011
Al
Adawy, Musthafa. Fikih Akhlak. Jakarta: Qisthi Press. 2006.
Abdurrahman.
Elan Sumarna. Metode Kritik Hadis. Bandung:
PT REMAJA ROSDAKARYA. 2011.
Hajur.
Al Asqlami. Bulugul Maram. Bandung:
PT Mizan Pustaka anggota IKAPI. 2010.
Syarbini,
Amirulloh. Akhmad Khusaeri. Kiat-kiat
Islam Mendidik Akhlak Remaja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2012.
Qadir
Jaelani, Syaikh Abdul. Fiqih Tasawuf. Bandung:
PUSTAKA HIDAYAH. 2006 Ilyas Suhairi, Etika Remaja Islam (Bukittinggi :
Yayasan al-anshar. 1990)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar