SISTEM POLITIK DAN MILITER DINASTI USTMANI
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam semester II tahun
ajaran 2014/2015
Dosen pengampu: Tasmin, M.A.
MAKALAH

Disusun oleh:
Umi
Kulsum (933600514)
PROGRAM STUDI AKHLAK TASAWUF
JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI

SISTEM POLITIK DAN MILITER DINASTI USTMANI
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh
akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran
secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan
kecil yang satu sama yang lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan
budaya dan peradapan Islam banyak yang hancur akibat serangan mongol itu.
Keadaan
politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah
muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar:
Ustmani di Turki, Mughal di India, dan Shafawi di Persia.
Dari
ketika kerajaan itu kerajaan Ustmanilah yang pertama berdiri, terbesar dan paling lama bertahan. Disamping itu
memiliki peran yang sangat penting dalam ekspansi wilayah kekuasaan Islam.
Namun
perlu ditelaah lebih lanjut mengenai sejarah dinasti Ustmani ini. Dan khususnya
perkembangan di bidang politik hinggga memiliki kekuasaan yang luas.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang masalah yang di uraikan sebelumnya,
berikut ini rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini:
1. Bagaimana sejarah berdirinya dinasti Ustmani
di Turki?
2. Bagaimana sistem politik dan militer dinasti
Ustmani?
3. Bagaimana runtuhnya dinasti Utsmani?
![]() |
II.
PEMBAHASAN
A. Sejarah
berdirinya dinasti Turki Ustmani
Kerajaan Turki Ustmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang berasal
dari wilayah Asia Tengah, yang termasuk suku kayi, Sulaiman Syah, mengajak
anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol tersebut dan lari ke
arah Barat. Bangsa Mongol itu mulai menyerang dan menaklukkan wilayah Islam yang berada di bawah kekuasaan dinasti
Khwarazm Syah tahun 1219-1220. Sulaiman Syah meminta perlindungan kepada Jalal
Ad-Din, pemimpin terakhir dinasti Khwarazm di Transoksania, sebelum dikalahkan
oleh pasukan Mongol. Jalal ad Din memberi jalan agar sulaiman pergi ke Barat ke
arah Asia kecil, dan disanalah mereka menetap. Sulaiman ingin pindah lagi ke
wilayah Syam setelah ancaman Mongol reda. Dalam usahanya pindah ke Syam itu,
pimpinan orang-orang Turki tersebut mendapat kecelakaan hanyut di sungai
Euphrat yang tiba-tiba pasang karena banjir besar, tahun 1228.[1]
Mereka akhirnya terbagi menjadi dua kelompok, yang pertama ingin pulang ke
negeri asalnya, yang kedua meneruskan perantauannya ke wilayah Asia Kecil.
Kelompok kedua itu berjumlah sekitar 400 keluarga yang dipimpin oleh
Erthogol(Arthogol), anak Sulaiman. Mereka akhirnya menghambakan dirinya kepada
Sultan ‘Ala ad-Din 11 dari Turki Saljuq Rum yang pemerintahannya berpusat di
Konya, Anatolia,Asia Kecil. Pada waktu itu bangsa Saljuq yang serumpun dan
seagama dengan orang-orang Turki imigran tadi melihat bahaya bangsa Romawi
Timur(Bizantium). Dengan adanya tambahan pasukan baru dari saudara sebangsanya
itu, pasukan Saljuq menang atas Romawi. Sultan gembira akan kemenang tersebut
dan memberi hadiah kepada Erthogol wilayah yang berbatasan dengan Bizantium.
Dengan senang hati Erthogol membangun tanah itu dan berusaha memperluasnya
dengan merebut dan merongrong wilayah Bizantium.
Erthogol
mempunyai putra yang bernama Usman yang diperkirakan lahir tahun 1258. Nama
Usman itulah yang diambil nama untuk kerajaan Turki Usmani. Erthogol meninggal
tahun 1280. Usman ditunjuk menggantikan kedudukan ayahnya sebagai pemimpin suku
bangsa Turki atas persetujuan Sultan Saljuq, yang merasa gembirakarena pemimpin
baru itu dapatmeneruskan kepemimpinannya terdahulu. Sultan banyak memberi hak
istimewa kepada Ustman dan mengangkatnya menjadi Gubernur.[2]
Pada
tahun1300M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Jalal Ad Din
terbunuh. Dan kerajaan Sajuk Rum ini kemudian terpecah-pecah menjadi kerajaan
kecil. Ustman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang di
dudukinya. Sejak itulah kerajaan Ustmani dinyatakan berdiri. Penguasa
pertamanya adalah ustman yang sering disebut juga Ustman I.[3]
Setelah Ustman I mengumumkan dirinya sebagai
Padisyah Al-Ustman(raja besar keluarga Ustman) tahun 699H(1300M) setapak demi
setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang perbatasan Bizantium
dan menklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian tahun 1326 M dijadikan
sebagai ibukota kerajaan Turki Ustmani.[4]
Pada
masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M), Turki Usmani dapat menakhlukkan Azumia
(1327 M), Tasasyani(1330 M), Uskandar(1328 M) Ankara(1354M), Gallipoli(1356M)
daerah ini adalah bagian bumi eropa yang pertama kali didududki kerajaan
Ustmani.[5]
Ketika Murad I, pengganti Orhkan,
berkuasa(761H/1359 M- 789H/1389M), selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia
melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat menakhlukkan kota
Andrianopel- yang kemudian dijadikan Ibukota yang baru, Macedona, Sopia,
Salonia, dan seluruh wilayah bagian Utara Yunani. Merasa cemas kemajuan
ekspansi kerajaaan ini ke Eropa,Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah
besar pasukan sekutu disiapkan untuk memukul mundur Turki Ustmani. Pasukan ini
dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun, sultan Bayazid I (1389-1403M),
pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu kristen Eropa tersebut.
Peristiwa ini merupakan catatan sejarah amat gemilang bagi umat Islam[6].
Ekpansi
kerajaan Ustmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke
konstatinopel, tentara Mongol yang dipimpin oleh Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil.
Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Ustmani
mwngalami kekalahan. Bayazid brsama putranya, Musa tertawan dan wafat dalam
tawanan tahun 1403 M.[7] Kekalahan ini membawa
akibat buruk bagi Turki Ustmani. Penguasa-penguasaSeljuk di Asia Kecil
melepaskan diri dari genggaman Turki Ustmani. Wilayah-wilayah Serbia dan
Bulgaria juga memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada tu putra-putra yazid
berebut kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I
(1403-1421 M) dapat mengatasinya. [8]
Setelah Timur
Lenk meninggal dunia tahun 1405 M,kerajaan Mongol di pecah dan di bagi-bagi
kepada putra-putranya yang satu sama lain saling berselisih.kondisi ini dimanfaatkan
oleh penguasa Turki Ustmani unuk melepaskan diri dari kekuasaan Mongol.Namun,
pada saat seperti itu juga terjadi perselisihan antara putra-putra Bayazid
(Muhammad, Isa, Sulaiman).Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudaranya .
usahanya yang pertama kali adalah
mengadakan perbaikan-perbaikan dan menjaga keamanan dalam negeri. Usaha
ini diteruskan oleh Murad II (1421-1451 M), sehingga Turki Ustmani mencapai
puncak kejayaan pada masa Muhammad II atau biasa disebut dengan Muhammad Al-
Fatih ( 1451-1484 M).[9]
Muhammad Al
Fatih dpat menaklukkan Konstatinipel pada tahun 1453 M.Ibukota Bizantium itu
akhirnya dapat ditaklukkanoleh pasuka Islam dibawah Turki Ustmani pda masa
pemerintahan sultan Muhammad II . telah berulang kali pasukan Islam sejak msa Umayyah
berusaha menaklukkan Konstatinopel, tetapi selalu gagal karena kokohnya benteng
di kota tua itu.[10]
Dengan
terbukanya kota Kontatinopel sebagai benteng terkuat pertahanan Bizantium,
lebih memudahkan arus ekspansi turki Usmani ke benua Eropa. Dan wilayah Eroa
bagian Timur semakin terancam oleh Turki Ustmani karena ekspansi Turki Ustmani
juga dilakukan ke wilayah ini, bahkan sampai ke pintu gerbang kota Wina,
austria. Akan tetapi, ketika Sultan Salim I (1512-1520 M) naik tahta, ia
mengalihkan prhatian ke arah Timur dengan menaklukn Persia, Syiria, dan dinasti
Mmalik di Mesir. Usaha Siltan Salim ini di kembangkan oleh Sultan sulaiman Al-
Qanuni(1520-1566 M). Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau
Rhodes, Tunis, Budhapest dan Yaman. [11]
Setelah
Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya,
yang menyebabkan kerajaan Turki Ustmani mundur.akan tetapi, meski mengalami
kemunduran,kerajaan ini untuk masa berabad-abad masih dipandang sebagai negara
yang kuat, terutama dalam bidang militer. Dan masih bertahan lima abad lagi
setelah itu. Kemajuan dam perkembangan ekspansi kerajaan Ustmani yang memiliki
luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam
bidang dalam bidang yang lain.
B. Sistem Politik
dan Militer
Para pemimpin kerajaan Ustmani pada masa
pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan
ekspansi yang luas dan cepat. Meskipun demikian, kemajuan kkerajaan Ustmani
sehingga mencapai keemasannya itu,bukan semata-mata kerena keunggulan politik
para pemimpinnya. Masih banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi
itu.Y ang terpenting diantaranya adlah keberanian, ketrampilan, ketangguhan dan
kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan saja.[12]
Kekuatan
militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi
kontak senjata dengan Eropa. Pengorganisaian yang baik dan strategi tempur
militer Ustmani berlangsung dengan baik. Pembaharuan dalam tubuh organisasi
militer oleh Orkhan sangat berarti bagi pembaharuan militer Turki.
Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen
yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan
prajuri.[13]
Program ini ternyata berhasil dengan
terbentuknya kelompok militer yang disebut pasukan Yenisseri atau Inkisyariah.
Pasukan inilah yang dapat mengubah kerajaan Ustmani menjadi mesin perang yang
paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penakhlukkan
negeri-negeri non muslim di timur yang berhasil dengan sukses.[14]
Disamping
Yenisseri, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang di kirim kepada
perintah pusat. Pasukan ini disebut kelompok militer Tjaujiah. Angkatan lautpun
dibenahi, karena ia memunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki
Ustmani. Pada abad 16, angkatan laut Turki Ustmani mencapai puncak kejayaannya.
Kekuatan Militer Turki Ustmani yang tangguh itu dapat dengann cepat menguasai wilayah
yang amat luas, baik Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong
kemajuan dibidang militer ini ialah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang
bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan. Tabiat ini
merupakan tbiat alami yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.[15]
Keberhasilan
ekspansi tersebut dibarengi dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang
teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas , sultan-sultan Turki Ustmani
senntiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa
tertinggi dibantu oleh perdana mentri, yang membawahi gubernur. Gubernur
mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang bupati. [16]
Untuk mengatur
urusan emerintahan negara, di masa sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab
Undang-Undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa Al-Abhur, yang
menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Ustmani sampai datangnya reformasi
pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman Al Qanuni.
Kemajuan dalam bidang kemiliteran dan
pemerintahan ini membawa Dinasti Turki disegani pada masa kejayaannya.[17]
C. Kemunduran
Turki Ustmani
Setelah sultan Sulaiman Qanun wafat (1566 M),
keerajaan Turki Ustmani memulai memasuki fase kemunduran. Akan tetapi, sebagai
sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung
terlihat. Sultan Sulaiman AlQanuni digantikan oleh Sultan Salim II(1566-1573).
Di masa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut kerajaan Ustmani
dengan armada laut Kriten yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan
laut Bandukia, angkatan laut Sri Paus dan sebagian kapal para pendeta Malta yang
dipimpin Don Juan dari Spanyol. [18]
Pertempuran ini terjadi di Selat Liponto
Yunani. Dalam pertempuran ini Turki Ustmani mengalami kekalahan yang
mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa Sultan
berikutnya, Sultan Murad II, pada tahun 1575 M Tunisia dapat direbut kembali.
Walaupun sultan
Murad III (1574-1595M) berkepribadian jelek dan suka memperturutkan hawa
nafsunya, Kerajaan Ustmani pada masanya berhasil menyerbu Kaukasus dan
menguasai Tiflis di laut Hitam (1577 M), merampas kembali Tabriz, ibukota
Safawi, menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam negeri Polandia dan
mengalahkan Gubernur Bostnia pada tahun 1593 M. Namun kehidupan moral Sultan
yang jelek menyebabkan timbulnya kekacaun dalam negeri. Dalam situsi yang
kurang baik itu, Austria berhasil memukul kerajaan Ustmani meskipun sultan
Ahmad I (1603-1617 M), pengganti Muhammad III, sempat bangkit untuk memperbaiki
situasi dalam negeri , tetapi kejayaan Ustmani dimata bangsa Eropa sudah
memudar. Sesudah sultan Ahmad I (1603-1617 M), situasi mulai memburuk dengan
naiknya Mustafa I. Karena gejolak politik dalam negeri tidak bisa ditasinya,
Syaikh Al-Islam mengeluarkan fatwa agar ia turun dari tahta dan diganti oleh
Ustman II (1618-1622 M). Yang tersebut yang terakhir ini juga tidak mampu
mempernbaiki keadaan. Dalam situasi demikian, bangsa Persia bangkit mengadakan
perlawanan merebut wilayahnya kembali. Kerajaan Ustmani sendiri tidak mampu
berbuat banyak dan terpaksa melepaskan wilayah Persia tersebut. Langkah-langkah
perbaikan kerajaan mulai diusahakan oleh
Sultan Murad IV (1623-1640 M). Pertama-tama ia mencoba menyusun dan menertibkan
pemerintahan. Situasi politik yang mulai
membaik ini kembali merosot pada masa pemerintahan Ibrahim (1640-1648 M),
karena ia termasuk orang yang lemah. Pada masanya ini, orang-orang Venetia
melakukan peperang laut melawan dan berhasil mengusir orang-orang Turki Ustmani
dani Cyprus dan Creta tahun 1645 M. Kekalahan itu berhasil membuat Muhammad
Koprulu pada kedudukan sebagai wazir atau perdana mentri yang diberi kekuasaan
absolut. Ia berhasil mengembalikan peraturan dan mengkonsodalitaskan stabilitas
keuangan negara. Setelah Koprulu meninggal jabatannya dippegang oleh anaknya,
Ibrahim. Ia menyangka bahwa kekuatan militernya sudah pulih sama sekali. Karena
itu ia menyerbu Hongaria dan mengancam Vienna. Namun, perhitungan Ibrahim
meleset, ia kalah dalam pertempuran itu secara berturut-turut. Pada masa
selanjutnya wilayah Turki yang sangat luas itu sedikit demi sedikit terlepas
dari kekuasaannya, direbut oleh negara-negara Eropa yang mulai bangkit.
Demikianlah proses kemunduran yang terjadi di
kerajaan Ustmani selama dua abad lebih setelah ditinggal kematian sultan
Sulaiman AlQanuni.[19]
Banyak faktor
yang menyebabkan Ustmani mengalami kemunduran, diantaranya adalah:
1. Wilayah kekuasan yang sangat luas
2. Heterogenitas penduduk
3. Kelemahan para penguasa
4. Budaya Pungli
Pungli merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dalam
kerajaan Ustmani . setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus
“dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan sogokan tersebut.
5. Pemberontakan tentara Jenissari
6. Merosotnya Ekonomi
Akibat perang yang tak pernah berhenti,perekonomian
negara merosot. Pendapatan berkurang, sementara belanja negara sangat besar
terutama untuk biaya perang.
7. Tarjadinya Stagnasi dalam lapangan Ilmu dan
Tekhnologi
Kerajaan Ustmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu
dan tekhnologi, karena hanya mengutamakan pengembangan kemiliteran.
Demikianlah proses kemunduran kerajaan
besar Ustmani. Pada masa selajutnya, periode modern, kelemaha kerajaan ini menyebabkan
kekuatan-kekuatan Eropa tanpa segan-segan menjajah dan menduduki daerah-daerah
muslim yang dulunya berada di wilayah kekuasaan Kerajaan Ustmani, terutama di
Timur Tengah dan Afrika Utara.[20]
III.
KESIMPULAN
Dinasti Turki Ustmani merupakan kerajaan Islam
yang berkuasa cukup lama selam 7 abad lamanya(1290-1924 M) dan merupakan
kerajaaan besar. Kerajaan Ustamani ddirikan oleh Ustman I putra Erthogul bangsa
Turki dari kabilah Oghusnyang mula-mula mendiami daerah Mongol dan Utara Cina.
Turki Ustmani yang pernah berjaya sebagai
kekhalifahan yang terakhir dalam dunia Islam, akhirnya mengalami mesa
kemunduran karena beberap faktor yang melatarbelakanginya. Walaupun demikian,
kebesaran yang dialaminya telah membawa pengaruh yang besar dalam dunia
peradapan khususnya dunia peradapan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Syafiq, A. Mughni . sejarah Kebdayaan Islam di Turki.Jakarta:Logos
Wacana Ilmu.1997
Munir Amin,Samsul . Sejarah Peradapan Islam.Jakarta: Amzah.2013
Yatim, Badri.Sejarah
Peradapan Islam.Jakarta:Rajawali Pers.2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar