SYARI’AT TAREKAT HAKIKAT
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata study Tarekat I
Dosen pengampu: Thahir M.hI
MAKALAH

oleh:
Umi
Kulsum (933600514)
PROGRAM STUDI AKHLAK TASAWUF
JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf
adalah salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan dimensi atau aspek
spiritual dari Islam.Spiritualitas ini dapat mengambil bentuk yang beraneka di
dalamnya. Dalam kaitannya dengan manusia, tasawuf lebih menekankan aspek
rohaninya ketimbang aspek jasmaninya .
Dalam
kaitannya dengan kehidupan, ia lebih menekankan aspek rohaninya ketimbang aspek
jasmaninya ,dalam kaitannya dengan pemahaman keagamaan, ia lebih menekankan
kehidupan akhirrat ketimbang kehidupan dunia yang fana, sedangkan dalam
kaitannya dengan pemahaman keagamaan, ia lebih menekankan aspek esoterik
ketimbang eksoterok, lebih menekankan penafsiran batini ketimbang penafsiran
lahiriah. Tasawuf dalam arti sikap rohani takwa yang selalu ingin dekat
dengan Allah SWT., dihubungkan dengan arti syari’at dalam arti luas yang
meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia, baik hablum minallah,
hablum minannas, maupun hablum minal ‘alam, mempunyai hubungan yang sangat erat
dan saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Untuk mencapai kemaslahatan
dunia dan akhirat dalam arti hakiki harus sepadan, simultan dengan tujuan
tasawuf, yaitu melaksanakan hakikat ubudiyah guna memperoleh tauhid yang haqqul
yaqin dan makrifatullah yang tahqiq.
Tariqat
adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah ( dengan tekun ) dan
menjauhkan (diri ) dari ( sikap ) mempermudah ( ibadah ), yang sebenarnya
memang tidak boleh dipermudah. Dan tareqat merupakan jalan atau cara yang
ditempuh menuju keridaan Allah.
Tasawuf adalah
suatu bidang ilmu keIslaman dengan berbagai pembagian di dalamnya, yaitu
tasawuf akhlaki dan tasawuf falsafi.Tahapan tasawuf yaitu syariat,
tarekat,ma’rifat, dan hakikat. Dan di sini kita akan membahas mengenai
pengertian syariat, tarikat, hakikat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang
dimaksud syariat ?
2 Apa yang dimaksud tarekat
?
3. Apa yang dimaksud hakikat
?
II.
PEMBAHASAN
A. SYARIAT
Hubungan
Syari’ah dan Tasawuf
Syari’at adalah cara formal untuk melaksanakan
peribadatan kepada Allah, yang dirujuk oleh Al-Qur’an pencipta’an sebagai
tujuan utama penciptaan manusia(QS. 51:56).[1]
Tasawuf
dalam arti sikap rohani takwa yang selalu ingin dekat dengan Allah SWT.,
dihubungkan dengan arti syari’at dalam arti luas yang meliputi seluruh aspek
hidup dan kehidupan manusia, baik hablum minallah, hablum minannas, maupun
hablum minal ‘alam, mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling mengisi
antara satu dengan yang lainnya. Untuk mencapai kemaslahatan dunia dan akhirat
dalam arti hakiki harus sepadan, simultan dengan tujuan tasawuf, yaitu
melaksanakan hakikat ubudiyah guna memperoleh tauhid yang haqqul yaqin dan
makrifatullah yang tahqiq.
Untuk
mencapai tujuan tasawuf dalam artian ini, maka seluruh aktifitas syari’at harus
digerakkan, dimotivasi, didasarkan dan dijiwai oleh hati nurani yang ikhlas
lillahi ta’ala untuk memperoleh ridla Allah dan kemaslahatan umat yang menjadi
tujuan syari’at. Setelah itu, memperkokoh dan mentahqiqkan tauhid makrifatullah
sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an, yang artinya:
“dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembahku.”(Q.S. adz-Dzariyat:51-56) “tasawuf
adalah jiwa yang memberi power kepada syari’at, sedangkan syari’at adalah power
itu.”
Syari’at
dilaksankan oleh anggota dzahir manusia yang mengadakan dan membuka hubungan
dengan Allah SWT., sedangkan powernya melalui rohani batin yang datang langsung
dari Allah SWT. Ibarat listrik, kabel adalah syari’at-syari’at lahirnya,
sedangkan setrum adalah power melewati kabel yang bersumber dari central
dynamo. Power itu adalah wasilah dari Allah SWT. melalui Arwahul Muqaddasah
Rasulullah SAW. terus bersambung, berantai melalui ahli silsilah, sejak dari
Nabi Muhammad SAW.
Para ahli silsilah atau Syekh Mursid itu, bukan perantara, tetapi wasilah carrier, hamilul wasilah, pembawa wasilah. Orang sufi bukanlah manusia akhirat saja, tetapi juga manusia dunia. Dia harus memenuhi fitrahnya. Terutama untuk tercapainya tujuan syari’at Islam, yaitu agama, jiwa, akal,harta dan keturunan.
Para ahli silsilah atau Syekh Mursid itu, bukan perantara, tetapi wasilah carrier, hamilul wasilah, pembawa wasilah. Orang sufi bukanlah manusia akhirat saja, tetapi juga manusia dunia. Dia harus memenuhi fitrahnya. Terutama untuk tercapainya tujuan syari’at Islam, yaitu agama, jiwa, akal,harta dan keturunan.
Imam
Malik RA, berkata: “barang siapa bersyari’at saja tanpa bertasawuf,
niscaya dia berkelakuan fasik. Dan barang siapa bertasawuf tanpa bersyari’at,
niscaya dia berkelakuan zindik. Dan barangsiapa yang melakukan kedua - duanya,
maka sesungguhnya dia adalah golongan Islam yang hakiki.
Dengan
demikian, integrasi tasawuf dan syari’at menjadi syarat mutlak bagi
kesempurnaan seorang muslim. Syari’at merupakan elaborasi dari kelima pilar
Islam, sedangkan tasawuf berpangkal pada ajaran ihsan,
“an-ta’budallaaha ka-annaka tarah, fa-in-lam takun tarah, fa-innahu yarak.”
Implikasinya, jika dalam syari’at diwajibkan thaharah sebelum melaksanakan ibadah, maka untuk mampu menembus penglihatan Tuhan, tasawuf mewajibkan penyucian diri melalui pintu taubat.
“an-ta’budallaaha ka-annaka tarah, fa-in-lam takun tarah, fa-innahu yarak.”
Implikasinya, jika dalam syari’at diwajibkan thaharah sebelum melaksanakan ibadah, maka untuk mampu menembus penglihatan Tuhan, tasawuf mewajibkan penyucian diri melalui pintu taubat.
Kehadiran
tasawuf mampu memicu ats-Tsaurah ar-Ruhiyyah dan menjadi spirit bagi pelakunya.
Sebaliknya, syari’at ibarat jalan yang akan dilalui oleh sufi dalam berevolusi.
Apabila terlalu banyak hambatan dan lubangannya, jangan harap akan sampai pada
terminal akhir. [2]
B. TAREKAT
Pengertian
Tarekat
Asal
kata “tarekat” dalam bahsa Arab ialah “thariqah” yang berarti jalan, keadaan,
aliran, atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah jalan yanng ditempuh para sufi
dan dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan
utama disebut syar’, sedangkan anak jalan disebut thariq. Kata turunan ini
menunjukan bahwa menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang
dari jalan utama yang terdiri dari hukum Ilahi, tempat berpijak bagi setiap
muslim.
Tak
mungkin ada anak jalan tanpa ada jalan utama tempat berpangkal. Pengalaman
mistik tak mungkin didapat bila perintah syariat yang mengikat itu tidak
ditaati terlebih dahulu dengan seksama.
Dalam
proses pembimbingan, sang murid tidak boleh protes atau membangkang, bahkan
dikatakan sang murid harus bertindak seolah-olah seperti mayat di tangan
orang-orang yang memandikannya.[3]ada
dua target yang berusaha diraih para salik di jalan tasawuf. Pertama adalah
mengembangkan cinta dan keimanan dan yang kedua adalah pelemahan nafsu yang
narsistik.[4]
Hubungan
Tariqat Dengan Tasawuf
Dalam
ilmu tasawuf istilah tarikat tidak saja ditunjukan kepada aturan dan cara-cara
tertentu yang ditunjukan oleh seorang syaih tariqat (mursyid) dan bukan pula
terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang syaih tariqat , tetapi
meliputi segala aspek ajaran yang ada di dalam agama Islam, seperti halnya
shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Ajaran tersebut merupakan jalan
atau cara mendekatkan diri kepada Allah.
Di
dalam tariqat yang sudah melembaga, tariqat mencakup semua aspek ajaran Islam
seperti shalat, puasa, zakat, jihad, haji, dan sebagainya, telah
diketahui bahwa tasawuf itu secara umum adalah usaha unuk
mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian
rohani dan memperbanyak ibadah. Dan ajaran-ajaran tasawuf yang harus ditempuh
untuk mendekatkan diri kepada Allah merupakan hakikat tariqat yang sebenarnya,
dengan demikian bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah,
sedangkan tariqat adalah cara atau jalan yang ditempuh seorang dalam usaha
mendekatkan diri kepada Allah.[5]
Sejarah
Timbulnya Tariqat
Ditinjau
dari segi historisnya, kapan dan tariqat mana yang mula-mula timbul sebagai
suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti , namun De. Kamil
Musthafa Asy-syibi dalam tasisnya mengungkapkan tokoh pertama yang
memperkenalkan sistem tariqat syaih Abdul Qasiir al-Zailani ( 561 M-1166 H ) di
Bagdag, Sayyid Ahmad Ar-Rifa’i di mesir denagan tariqat Rifa’iyyaah, dan Jalal
ad-din ar-rumi (672 H-1273 M) di Parsi.[10]
Pada
awal kemunculannya, tariqat berkembang dari dua daerah yaitu, Khusaran ( Iran )
dan Mesopotamia ( Irak ) pada periode ini mulai timbul beberapa
diantara tariqat Yasafiyah yang didirikan oleh Abd Al-Khaliq Al-Ghuzdawani.[11]
(
9617 H.1220 M ) tariqat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Muhamad Badauddin
an-Naqsabandi al-Awisi al-Bukhari ( 1389 M ) di Turkistan, tariqat Khalwatiyah
yang didirikan oleh Umar al-Khalwati (1397 M ).[12]
Aliran-aliran Tariqat Dalam Islam
1.
Tariqat Qadiriyah, yang didirikan oleh Muhy Ad-Din abd al-Qadir al-Jailani (
471 h/1078 M
2.
Tariqat Syadziliyah yang dinisbatkan kepada Nur Ad-Din Ahmad Asy-Syadzili (
593- 656 H/ 1196-1258 M )
3.
Tariqat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Muhammad Baharuddin an-Naqsabandi
al-Asisial-Bukhari (1389 M ) di Turkistan.
4.
Tariqat Yasafiyah dan Khawajaqawiyah, tariqat Yasafiah didirikan oleh Ahmad
al-Yasafi ( 562 H/1169 M ) sedangkan Khawajaqawiyah didirikan oleh Abd
al-Khaliq al-Ghuzdawani ( 617 H/1220 M )
5.
Tariqat Khalwatiyah yang didirikan oleh al-Khalwati ( 1397 M )
6.
Tariqat Syatariyah yang didirikan oleh Abdullah bin Syatar ( 1485 ) di India
7.
Tariqat Rifa’iyah yang didirikan oleh Ahmad bin Ali ar-Rifa’i ( 1106-1182 )
8.
Tariqat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah yang didirikan oleh Ahmad Khatib Sambas yang
bermukim dan mengajar di Mekah pada pertengahan abad ke-19
9.
Tariqat Summaniyah yang didirkan oleh Muhammad bin Abd al-Karim al-Madani
Asy-Syafi’i as-Samman ( 1130-1189/1718-1775 )
10.
Tariqat Tijaniah yang didirikan oleh Syekh Ahmad bin Muhamad at-Tijani (
11501230 H/1737-1815 M ).
11.
Tariqat Chistiyah yang didirikan oleh Khwajah Mu’in Ad-Din Hasan
12.
Tariqat Mawlawiyah, yang didirikan oleh Syekh al-Kabir Gelminski
13.
Tariqat Ni’matullah yang didirikan oleh Syaih Ni’matullah
14.
Tariqat Sanusiyah yang didirikan oleh Sayyid Muhammad bin Ali
as-Sanusi.[6]
C. HAKIKAT
Para
sufi menyebut diri mereka ahl al haqiqah. Penyebutan ini mencerminkan obsesi
mereka terhadap kebenaran yang hakiki. Karena itu, mudah dipahami kalau mereka
menyebut Tuhan dengan “al-haqq,” seperti yang tercermin dalam ungkapan al
Hallaj, “ana al Haqq” (aku adalah Tuhan). Obsesi penafsiran mereka terhadap
formula “la ilaha illa Allah” yang mereka artikan “tidak ada realitas yang
sejati kecuali Allah.”
Bagi
mereka Tuhanlah satu-satunya yang hakiki, dalam arti yang betul-betul ada,
keberadaan yang absolut, sedangkan yang lain keberadaannya tidaklah hakiki,
atau nisbi, dalam arti tergantung pada kemurahan Tuhan. Dialah yang Awal dan
yang Akhir, yang Lahir dan yang Batin, penyebab dari segala yang ada dan tujuan
akhir, tempat mereka kembali. Ibarat matahari, Dialah yang memberi cahaya
kepada kegelapan dunia, dan menyebabkan terangnya objek-objek yang tersembunyi
di dalam kegelapan tersebut. Dia jualah pemberi wujud, sehingga benda-benda
dunia menyembul dari persembunyiannnya yang panjang.
Al-Qur’an
menggambarkan Tuhan sebagai “al-Awwal” dan “al-Akhir”, “al Zahir”, dan “al
Batin”. Al-Awwal dipahami para sufi sebagai sumber atau prinsip atau asal dari
segala yang ada. Dialah causa prima, sebab pertama dari segala yang ada/
maujudad di dunia ini. Dia yang akhir diartikan sebagai tujuan akhir atau
tempat kembali dari segala yang ada di dunia ini, termasuk manusia. Dialah
pulau harapan kamana bahtera kehidupan manusia berlayar. [7]
III PENUTUP
KESIMPULAN
Syariat adalah didisplin keIslaman yang menggarap
aspek lahiriyah. Seiring klasifikasi zaman, syariat mengalami penyempitan arti
dan garapan secara normatif yaitu fiqih.sedangkan asal mulanya syari`at
merupakan pokok-pokok ajaran Islam yang masih utuh meliputi Tauhid, Hukum
Islam, dan Akhlak. Menurut Fajrurrahman, Tauhid adalah bangunan pondasi yang
menjadi pijakan utama dalam beragama dan syariat aturan formal yang membingkai
aspek kehidupan secara legal. Adapun akhlak bidang garapan yang lahannya
tingkah laku manusia dengan pendekatan sentuhan hati nurani untuk di
aplikasikan dalam praktik kehidupan sehari-hari berdasarkan Al-Qur`an
As-Sunnah.
Dari ketiga bidang di atas bila didalami, dihayati
dan diamalakn oleh setiap kaum muslimin secara kontinyu (istiqomah) berdampak
positif pada kehidupan sehari-hari. Para sufi dalam menterjemahkan ketiga aspek
ini secara konstektual menjadi sebuah disiplin keilmuan dalam Islam yaitu Ilmu
Tasawuf. Imam Al-Gazali dan Ihya Ulumuddin mengkombinasikan tauhid, fiqih, dan
akhlak menjadi satu kesatuan yang utuh (saling terkait).
Kolerasi antara syariat dan hakikat bagaikan anak
tangga yang satu sama lain saling berhubungan, tidak akan pernah ada hakikat
tanpa jalan makrifat, makrifat tidak pernah ada tanpa melalui latihan
(thariqat), Thariqat tidak pernah jalan tanpa adanya syari`at dan syari`at
sendiri muncul karena adanya tauhid.
Untuk mempermudah pamahaman, penulis sekemakan
sebagai berikut:
1. Tauhid sebagai landasan utama
dalam bertasawuf
2. Syari`at sebagai jalan untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan dengan pandual Al-qu`an dan Al-Hadits.
3. Thariqat
sebagai wahan latihan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan denganMujahadah dan Muraqabah akhirnya
tibul istiqamah
4. Ma`rifah
adalah buah dari tariqat di atas yang berinflikasi kasyaf, mengetahui hakikat
Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Kartanegara
Mulyadhi.Menyalami Lubuk Tasawuf.jakarta: Erlangga.2006.
Frager Robert.
Obrolan Sufi. Jakarta: zaman.2013.
“Syari’at Tarekat Hakekat”http://tomymuhlisin.blogspot.com/2014/11, diakses pada tanggal 22
september 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar