“TAUBAT”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Hadits Tematik
Dosen Pengampu
M. Mu’tashim Billah, MA.
DisusunOleh :
Mochammad Misbahul Munir (933600214)
JURUSAN USHULUDDIN DAN ILMU SOSIAL
PRODI AKHLAK TASAWUF
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2015
A.
Latar Belakang
Taubat adalah akhlak terpuji yang harus menghiasi setiap pribadi muslim.
Orang yang taubat karena takut azab Allah disebut isim fa’il dari taba .
Orang bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju
sesuatu ; kembli sifat – sifat tercela menuju sifat terpuji , kembali dari
larangan Allah menuju perintahnya , kembali dari maksiat menuju taat , kembali
dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridhainya , kembali dari saling
bertentangan menuju saling menjaga persatuan , kembali kepada Allah setelah
meninggalkannya dan kembali taat setelah melanggar larangannya .
Tidak sedikit orang-orang saleh awalnya adalah orang-orang yang sangat
jahat saat mudanya. Setelah bertaubat, ia beristiqomah dalam berbuat baik dan
pengabdian kepada Allah. Beberapa di antara mereka, pada akhirnya, menjadi
tokoh panutan karena kesucian dan perilaku-perilaku yang membebaskan. Konon,
Sunan Kalijaga adalah salah satu contoh beberapa orang-orang saleh yang
berhasil tercerahkan, dan selanjutnya menjadi tokoh pemberi pencerahan pada
masyarakat pada zamannya.Hidup suci dalam Islam bisa diraih oleh siapa saja.
Kesucian hidup, bukanlah hak istimewa seseorang.
B. Hadits dan
Terjemah
قَالَ الله تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ
غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ
بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ
وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ
خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكْ بِيْ شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا
مَغْفِرَةً رواه الترمذي.
“Allah Ta’ala
berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memohon dan mengharap
kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu yang lalu dan aku tidak peduli. Wahai
anak Adam, seandainya dosa-dosamu sampai ke awan langit, kemudian engkau
memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai
anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan dosa-dosa sepenuh
bumi dan kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun,
niscaya Aku datangkan utukmu ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. At-Tirmidzi, ia
berkata: hadits ini hasan).
C. Kritik Hadits
Dalam hadits di atas disebutkan tiga sebab mendapatkan ampunan:
1.
Berdoa dengan penuh harap.
2.
Beristighfar, yaitu memohon ampunan kepada Allah.
3.
Merealisasikan tauhid, dan memurnikannya dari berbagai
bentuk syirik, bid’ah dan
4.
kemaksiatan. Hadits di atas juga menunjukkan luasnya
rahmat Allah, ampunan, kebaikan dan anugerah-Nya yang banyak.
D. Fiqhul Hadits
1.
Pengertian Taubat
Diantara berbagai amalan yang diharapkan seorang muslim melakukannya
sehari-hari ialah istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas
segala dosa. Ini disebut taubat. Kata istighfar adalah kata benda
(verbal noun, mashdar) dari kata kerja “astaghfiru” (saya memohon
ampun), yang merupakan permulaan formula permohonan ampun kepada Tuhan. Dalam
al-Qur’an perintah memohon ampun tidak ditujukan hanya kepada kaum beriman pada
umumnya, tetapi juga kepada Nabi sendiri. Ini sangat menarik mengingat Nabi
utusan Allah yang terpelihara ( ma’shum) dari dosa. Namun justru kepada
beliau Allah banyak merintahkan untuk mohon ampun atau istighfar. Salah
satu perintah itu ialah yang diberikan sesudah sesudah keberhasilan Nabi
membebaskan Makkah, seolah-olah perintah mohon ampun itu merupakan salah satu follow
up pembebasan kota suci tempat kelahiran Nabi itu.[1]
Kebanyakan sufi menjadikan tobat sebagai perhentian awal di jalan menuju
Allah. Pada tingkat terendah, tobat menyangkut dosa yang dilakukan jasad atau
anggota-anggota badan. Pada tingkat menengah, di samping menyangkut dosa yang
dilakukan jasad, tobat menyangkut pula pangkal dosa-dosa, seperti dengki,
sombong, dan riya’ pada tingkat yang lebih tinggi, taubat menyangkut usaha
menjauhkan bujukan setan dan menyadarkan jiwa akan rasa bersalah. Pada tingkat
akhir, taubat berarti penyesalan atas kelengahan pikiran dalam mengingat Allah.
Taubat pada tingkat ini adalah penolakan terhadap sesuatu yang dapatt
memalingkan dari jalan Allah.[2]
2. Keharusan Taubat
Taubat dari dosa yang dilakukan orang mukmin dalam perjalanannya kepada Allah,
merupakan kewajiban beragama yang tak terelakkan, diperintahkan dalam al-Qur’an
dan dianjurkan sunnah nabawy, semua ulama telah sepakat, sampai- sampai Sahl
bin Abdullah berkata, “siapa yang mengatakan bahwa taubat bukat wajib, maka dia
adalah orang kafir, dan siapa yang setuju dengan pendapat ini, juga orang
kafir. Tidak ada sesuatu lebih wajib bagi manusia selain dari taubat, tidak ada
hukuman yang lebih keras daripada hukuman karena tidak ingin mengetahui masalah
taubat. Padahal tidak sedikit manusia yang tidak menguasai ilmu taubat.”
Taubat mendapat porsi perhatian yang sangat besar dalm al-Qur’an,
sebagaimana yang tertuang diberbagai ayat dari surat Makiyyah maupun Madaniyah,
diantaranya yang paling jelas dan nyata adalah,
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ
عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ
يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى
بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا
وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٨)
“Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa
(taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan
orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan
dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb Kami,
sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu." (At-Tahrim:8)[3]
3. Keutamaan
Taubat Dan Orang-Orang Yang Bertaubat Menurut Al-Qur’an
Anjuran untuk
bertaubat dan penekanannya telah disebutkan di dalam Al-Qur’an,
إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ (٢٢٢)
“Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang yang mensuciakan diri.” (Al-Baqarah:222)
Derajat apakah yang lebih tinggi daripada derajat cinta dari Allah?
Dibagian terdahulu telah disebutkan sifat Ibadurrahman yang dimuliankan Allah
dan dijanjikan masuk surga, yang disambut dengan salam sejahterah dan akan
kekal di dalamnya. Dan diantara keutamaan yang diperoleh orang-orang yang
bertaubat Allah menyibukkan para Malaikat-Nya agar memintakan ampunan kepada
meraka dan berdoa kepada Allah agar Dia melindungi mereka dari siksa neraka
Jahannam, lalu memasukkan mereka ke surga yang penuh kenikamatan, menjaga
mereka dari kesalahan. Para Malaikat yang membawa Arsy dilangit juga sibuk
memintakan ampunan bagi mereka, Allah berfirman yang artinya:
الَّذِينَ
يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ
بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً
وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
(٧)رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ
آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
(٨)وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ
وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (٩)
(malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan Malaikat yang berada
di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta
memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya
Tuhan Kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, Maka berilah
ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan
peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, Ya Tuhan Kami, dan
masukkanlah mereka ke dalam syurga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada
mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan
isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan)
kejahatan. dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan
pada hari itu Maka Sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan
Itulah kemenangan yang besar".(Al- Mukmin: 7-9)
Cukup banyak ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang mengabarkan diterimanya
taubat orang-orang yang bertaubat, kalau memang taubat mereka itu tulus dan
benar, yang tentunya dengan diikuti cara-cara tertentu. Penerimaan taubat ini
dilandaskan kepada karunia, ampunan dan rahmat Allah, yang tidak akan menyempit
karena keberadaan seseorang yang durhaka, seperti apaun kedurhakaannya itu.
Terlebih lagi orang yang bertaubat dan juga memperbaiki diri serta beramal
shalih.[4]
4. Buah-Buah
Taubat
1.
Penghapusan Keburukan Dan Masuk Surga
Buah yang paling penting adalah mendapatkan
ampunan dan masuk surga, seperti yang dijanjikan oleh Allah kepada
hamba-hamba-Nya yang shalih, terdapat berbagai hal yang tidak pernah dilihat
mata, didengar telinga dan terlintas dibenak manusia.
2.
Memperbarui Iman
Diantara buah yang nyata dari taubat ialah
efektifitasnya untuk memperbari iman orang yang bertaubat dan memperbaikinya
setelah dia mengerjakan kesalahan. Dosa dan kedurhakaan-kedurhakaan yang
dilakukan orang muslim menodai imannya dan menciptakan luka, besar maupun
kecil, tergantung dari besar kecilnya, banyak dan sedikitnya dosa yang
dilakukan serta seberapa jauh pengaruh yang diakibatkannya terhadap jiwa.
3.
Mengganti Keburukan Dengan Kebaikan
Diantara buah taubat seperti yang disebutkan
Allah di dalam Kitab-Nya adalah mengganti keburukan orang-orang yang bertaubat
dengan kebaikan. Firman-Nya,
إِلا مَنْ
تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ
حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (٧٠)
“kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan
amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al-Furqan 70)
4.
Mengalahkan Musuh Yang Abadi
Diantara buah taubat adalah keberhasilan
mengalahkan musuh yang abadi bagi manusia, yaitu syaitan yang telah bersumpah
di hadapan Allah, “ Aku benar-benar akan menyesatkan Bani Adam dan memperdaya
mereka”.
5.
Mengalahkan Bisikan Nafsu Yang Menyuruh Kepada Keburukan
Diantara buah taubat adalah kemenangan orang
yang bertaubat dalam mengalahkan hawa nafsu yang bersemanyam direlung-relung
dirinya dan yang selalu mendorongnya. Sebab sesuatu dengan naluri yang sudah
tersusun di dalam dirinya, dia mempunyai kecenderungan untuk mendekati keburukan,
kedurhakaan, malas mengerjakan kebaikan dan ketaatan.
6.
Ketundukan Hati Kepada Allah
Diantara buah taubat yang lansung bisa
dirasakan adalah ketundukan hati kepada Allah Yang Maha agung, merasakan
hakikat ubudiyah dan kepasrahan di hadapan-Nya. Taubat yang semurni-murninya
menciptakan ketundukan yang sulit digambarkan dalam hati orang yang bertaubat
dan yang merasakan dosanya, yang tidak dirasakan orang lain yang tidak berdosa.
Dia ingin membuat perjanjian dengan Allah, berdiri di ambang pintu-Nya, serelah
ia jauh dengan-Nya karena ada kedurhakaan. Tapi akhirnya kedurhakaan ini
melahirkan kebaikan baginya. Berapa banyak orang yang mendapat mudharat justru
mendatangkan manfaat, dan berapa banyak orang yang mendapat manfaat justru
mengakibatkan musibah.
7.
Mendapatkan Cinta Allah
Diantara buah taubat adalah mendapatkan cinta
Allah. Firman-Nya, “sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat
dan mencintai orang-orang yang mensuciakan diri.” (Al-Baqarah: 222).
Mendapatkan cinta Allah bukanlah masalah remeh dan tidak gampang. Ini merupakan
masalah yang besar, sulit dicari batasnnya dan tidak bisa diketahui kecuali
oleh orang yang memang sudah mendapatkannya.
8.
Kegembiraan Allah Terhadap Orang Yang Bertaubat
Diantara buah taubat adalah mendapat kegembiraan yang
amat besar, yang tidak dapat diserupai oleh kegembiraan apapun, karena ini
adalah kegembiraan Allah Yang Mahatinngi. Allah azza wa jalla gembira
terhadap taubat hamba-Nya, karena dia kembali kepada-Nya setelah menyimpang
dari-Nya.[5]
5. Penghambat-Penghambat
Taubat
1.
Meremehkan Dosa
Urutan pertama dari berbagai macam penghambat
dosa adalah meremehkan dosa, menganggapnya masalah yang enteng, hatinya tidak
gundah dan tidak merasa takut. Tidak dapat diragukan, ini merupakan dampak dari
kebodohan terhadap kedudun Allah SWT. Pencipta makhluk, raja dari segala raja,
yang memiliki keagungan dan kemuliaan, yang menciptakan manusia dengan bentuk
yang paling bagus, serta yang memuliakannya.
2.
Angan-Angan Yang Mengada-Ngada
Diantara sebab yang menghambat dan menunda
taubat adalah angan-angan yang mengada-ngada dalam hidup ini. Artinya,
seseorang menganggap hidupnya masih panjang, bahwa kematiannya masih jauh,
umurnya masih lama dan bisa dipergunakan untuk bercanda ria sesukanya, lalai,
mengumbar hawa nafsu dan mengikuti jalan setan.
3.
Mengandalkan Ampunan Allah
Diantara penghambat taubat adalah mengandalkan
ampunan Allah dan keluasan rahmat-Nya, sebagaimana yang dikisahkan Allah
tentang orang-orang Yahudi, “ Mereka mengambil harta benda dunia yang rendah
ini, dan berkata, kami akan beri ampun” (Al-A’rf:169). Tidak dapat
diragukan, ini merupakan tipuan yang amat membahayakan. Dari mana ia mendapat
jaminan bahwa Allah akan mengampuni dosanya? Apakah ia sudah membuat perjanjian
atau mengambil kartu ampunan dari Allah? Allah mengampuni siapapun yang
dikehendaki-Nya dan mengadzab siapapun yang dikehendaki-Nya serta tak seorang
pun yang bisa mempengaruhi hikma-Nya.
4.
Dikungkung Dosa dan Putus Asa Mendapat Ampun
Diantara penghambat taubat bagi sebagian orang
ialah karena hidupnya selalu jauh dari Allah, tenggelam dalam dosa, yang kecil
maupun besar, melakukan apa yang dilarang, meninggalkan apa yang diperintahkan,
mengabaikan hak Allah dan hak hamba, menyia-nyiakan sholat dan mengikupi
berbagai macam syahwat. Tentu saja orang seperti ini tidak pernah menagis
matanya, tidak pernah khusyu’ hatinya, tidak pernah ruku’ punggungnya, tidak
pernah sujud keningnya, tidak menjadikan masjid sebagai tempatnya, tidak
menjadikan Al-Qur’an sebagai pendampingnya, tidak menjadikan Nabi Saw, sebagai
teladanya dan tidak menjadikan para sahabat sebagai panutannya.
5.
Tidak Mengetahui Hakikat Kedurhakaan
Diantara penghambat taubat, seseorang
melakukan satu kedurhakaan, sememtara dia tidak menyadarinya dan tidak tahu
bahwa itu merupakan kedurhakaan. Pdahal boleh jadi itu merupakan kedurhakaan
yang besar mudharatnya.
6.
Berdalil Dengan Takdir
Diantara penghambat taubat ialah berdalih dengan takdir.
Orang yang terperangkap jerat kedurhakaan dan terpedaya berbagai angan-angan,
jika diseru untuk melepas diri dari jerat kedurhakaan itu dan masuk ke alam
ketaatan dan bergabung bersama orang-orang yang taat kepada Allah, berkata, “
Ini sudah takdirku. Allah telah menetapkannya atas diriku, sehingga aku tidak
bisa lari darinya. Manusia harus rela terhadap ketetapan takdir atas dirinya.
Sebab takdir lebih kuat dari diri kita, dan terlalu lemah untuk melawannya”.[6]
Kesimpulan
Pengertian
taubat sendiri adalah menyesali perbuatan yang telah dilakukan untuk kembali
kejalan yang benar. Memang manusia adalah tempat salah dan lupa maka dari itu
kita dianjurkan untuk selalu bertaubat kepada Allah agar kita dapat
maghfirohnya. Dan sehabis taubat kita akan mendapatkan buah-buah dari taubat
kita yang sesungguhnya.
Seperti
bertambahnya iman kita, dengan bertambahnya iman kita akan bisa lebih
mengetahui dan membedakan hal-hal baik dan buruk untuk diri kita dan bisa
mendapatkan surganya Allah SWT.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Husaini Al-Hadad Abdullah bin Alwy, Risalah
Al-mu’awanah. Pustaka Setia 1999.
Rakhmat
Jalaluddin, MERAIH CINTA ILAHI, Pustaka Iiman, 2008.
Solihin M. Tasawuf Tematik, Bandung: Cv
Pustaka Setia, 2003.
Syukur Amin, Tasawuf
Bagi Orang Awam, LPK-2, Suara Merdeka, 2006.
Tebba Sudirman, Orietasi Sufistik Cak Nur,
Jakarta: Dian Rakyat, 2011.
Yusuf, Taubat, Jakarta: CV Pustaka
Al-Kautsar, 1998.
[1]Sudirman Tebba, Orietasi Sufistik Cak Nur, (Jakarta: Dian Rakyat,
2011), 145-146
[2]M. Solihin, Tasawuf Tematik, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2003),
17-18
[3]Yusuf Al-Qardhawy, Taubat, (Jakarta: CV Pustaka Al-Kautsar, 1998),
5-6
[4]Yusuf, Taubat, (Jakarta: CV Pustaka Al-Kautsar, 1998), 16-18
[5]Yusuf, Taubat, (Jakarta: CV Pustaka Al-Kautsar, 1998), 191-209
Tidak ada komentar:
Posting Komentar