Sabtu, 12 Desember 2015

TASAWUF MODERN (NEO-SUFISME)

Tidak ada komentar:
TASAWUF MODERN (NEO-SUFISME)
Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Ilmu Tasawuf
Dosen pengampu:Akhmad Hasan Soleh
MAKALAH
Logo_STAIN_Kediri.jpg
Disusun oleh:
Mochammad Misbahul Munir(933600214)
Siti Khalifah(933600314)
Rizki Dear Muslimin Putra(933600414)
Umi Kulsum (933600514)
Erna Nur Hayati(933600714)

PROGRAM STUDI AKHLAK TASAWUF
JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
 (STAIN) KEDIRI
2015
 


I.                   PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mengamati trend kehidupan yang disisakan oleh ekspansi “guritakapitalisme, yang bukan saja mencuatkan gaya kehidupan yang meterialistik- hedonistik, tetapi juga meniupkan rasa terancam dan kecemasan dalam masyarakat. Lantas orang menyimpulkan , modernisme dipandang gagal memberikan kehidupan yang lebih bermakna dalam kehidupan manusia.Dan pernyataanpun mencuat, model peradapan yang bagaimana lagi yang bakal muncul di hari esok? Masih adakah tersisa harapan dan cinta di masa datang? Bagi setiap muslim yang sadar, pasti merasakan masih adanya tersisa benih harapan dan cinta. Demikaianlah, dalam suasana kehidupan yang menyesakkan nurani. Nampaknya, pernyataan ini benar mengingatkan bahwa dalam perkembangan manyarakat pada era-modernisme, tidak lagi memadai dengan disuguhi sekedar literalisme doktriner keagamaan belaka, tetapi masyarakat masa kini memerlukan pengalaman yang lebih intens, lebih menusuk dalam pencarian nilai dan makna.
Oleh karena itu dalam kehidupan modern, tasawuf tetap dibutuhkan untuk membimbing masyarakat menuju jalan kedamaian. Namun perlu adanya telaah lebih lanjut, bagaimana tasawuf  memberikan pembaharuan di era modern ini, agar lebih mudah dilakukan dan mencapai ketenangan atau kedamaian bersama di dalam masyarakat.


B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan tersebut, berikut ini rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini:

1.      Apa pengertian Neo-sufisme atau Tasawuf Modern?
2.      Bagaiman ciri dari Neo-sufisme?
3.      Baimana gagasan dan harapan dari Neosufisme?

II.                PEMBAHASAN

A.    Pengertian Neo-sufisme
Apa yang ingin diungkapkan oleh sufisme terdahulu adalah bahwa, sufisme secara tegas menempatkan penghayatan keagamaan yang paling benar pada pendekatan batiniyah. Dampak dari pendekatan ini adalah timbulnya kepincangan arti nilai-nilai Islam, karena lebih mengutamakan makna batiniahnya saja dan sangat kurang memperhatikan aspek lahiriyah formalnya oleh karena itu, adalah wajar apabila kemudian dalam penampilannya, kaum sufi tidak tertarik, bahkan terkesan mengarah pada privatisasi agama. Namun terdapat pula kelompok muslimin (bahkan mayoritas) yang lebih mengutamakan aspek-apek formal lahiriyah yang melalui pendekatan rasional. mereka lebih menitikberatkan pada segi-segi syari’ah. [1] Karena banyak problem yang di derita manusia modern salah satunya adalah kehilangan visi metafisis dan kehampaan makna hidup. Dunia modern telah menutup rohani penghuninya dari visi ketuhanannya, sehingga manusia kehilangan pegangan yang dapat diandalkan ketika suka dan duka. Lalu, produk-produk dunia modern yang disangka manusia dapat mengekalkan kebahagiaannya ternyata hanya menawarkan kenikmatan semu, sehingga menimbulkan kekecewaan yang berkepanjangan. kekecewaan pada produk modern lalu berlanjut dengan berbagai perasaan yang tak menyenangkan, seperti munculnya rasa hampa, sepi, terasing dari dunia, khawatir menghadapi masa depan, dan seterusnya.[2]

Menurut Nur Cholish Majid, neo-sufisme adalah sebuah penghayatan batini yang menghendaki hidup aktif dan terlibat dalam masalah-masalah kemasyarakatan.[3]
Kebangkitan kembali sufisme di dunia Islam dengan sebutan Neo-sufisme, nampaknya tidak bisa dipisahkan dengan apa yang disebut sebagai kebangkitan agama sebagai penolakan terhadap kepercayaan yang berlebihan terhadap sains dan teknologi selaku produk era modernisme.[4]

B.     Ciri Neo-Sufisme
Menurut Fazlur Rahman , neo-sufisme adalah “reformed sufism”, sufisme yang telah diperbarui. Neosufisme mangalihkan pusat pengamatan kepada sosio-moral masyarakat muslim, sedangkan sufisme terdahulu terkesan lebih bersift individual dan hampir tidak melibatkan diri dalam hal-hal kemasyarakatan.[5]
            Sifat puritanis pendukung neo-sufisme menyebabkan bersebrangan dengan paradigma sufisme terdahulu yang mengarahkan pengikutnya untuk membenci duniawi sehingga mereka pasif. Berlainan dengan Neo-sufisme, yang justru mendorong dan memotivasi agar aktif dan kreatif dalam kehidupan ini.
            Sufisme terdahulu cenderung tertutup terhadap perkembangan pemikiran di luaran. Lain halnya dengan neo-sufusme, kelihatannya justu sangat mendukung keanekaragaman pemahaman keagamaan dan hidup dalam pluralitas masyarakat manusia. Artinya bahwa, neo-sufisme berupaya untuk menampung berbagai paham yang berkembang. Mereka tidak menutup diri dari perkembangan dunia dan peradaban manusia, tetapi justru sangat menekankan pentingnya pelibatan diri didalam masyarakat secara intensif.[6]
            Neo-sufisme secara singkat dapat dikatakan sebagai upaya penegasan kembali nilai-nilai Islam yang utuh, yakni kehidupan yang berkeseimbangan dalam segala aspek kehidupan dan dalam segala segi ekspresi kemanusiaan. Dengan alasan ini pula dapat dikatakan bahwa yang disebut neo-sufisme itu tidak seluruhnya barang baru, namun lebih tepat dikatakan sebagai sufisme yang diaktualisasikan dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat sesuai dengan kondisi kekinian. Dengan menukil rumusan Nur Kholis Majid yang mengatakan, bahwa neo-sufisme adalah sebuah esoterisme atau penghayatan keagamaan batini yang menghendaki hidup aktif dan terlibat dalam masalah-masalah kemasyarakatan. Neo-sufisme mendorong dibukanya peluang bagi penghayatan makna keagamaan dan pengalamannya lebih utuh dan tidak terbatas pada salah satu aspeknya saja, tetapi seimbang.[7]Dengan konsep tasawuf yang berdasarkan tiga prinsip:
1.      Mengacu pada normativitas Al-Qur’an dan As-sunnah
2.      Menjadikan Nabi dan para salaf ash-shalihin sebagai panutan dalam aplikasinya, dan
3.      Berprinsip pada sikap tawazun dalam Islam (penghayatan keagamaan batini yang menghendaki hidup aktif dan terlibat dalam masyarakat sosial).[8]

           
C.     Peran Dan Harapan Neo-Sufisme
Banyak problem yang di derita manusia modern salah satunya adalah kehilangan visi metafisis dan kehampaan makna hidup. Dunia modern telah menutup rohani penghuninya dari visi ketuhanannya, sehingga manusia kehilangan pegangan yang dapat diandalkan ketika suka dan duka. Lalu, produk-produk dunia modern yang disangka manusia dapat mengekalkan kebahagiaannya ternyata hanya menawarkan kenikmatan semu, sehingga menimbulkan kekecewaan yang berkepanjangan. Kekecewaan pada produk modern lalu berlanjut dengan berbagai perasaan yang tak menyenangkan, seperti munculnya rasa hampa, sepi, terasing dari dunia, khawatir menghadapi masa depan, dan seterusnya.[9]
Ada dua pertanyaan yang sangat penting untuk dijawab sebelum sampai pada bagaimana peranan Neo-sufisme dalam konteks kekinian, terutama dalam menanggulangi krisis spiritual. Pertama, mengapa krisis spiritual itu dapat menurunkan martabat manusia dan bahkan mengancam peradaban dan eksistensi manusia itu sendiri? Kedua, mengapa manusia modern terkena krisis spiritualitas?[10]
Pertama kita menjelaskan tentang substansi manusia dengan ini kita dapat mngetahui pokok yag harus terpenuhi demi terwujudnya manusia yang sempurna. Secara teologis, manusia adalah makhluk Allah. Ia adalah ciptaan-Nya yang ditunjuk sebagai hambanya dan kholifahnya dimuka bumi. Manusia diciptakan oleh Allah dari tanah liat. Allah berfirman:
Suarat as-sajadah ayat 7
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الإنْسَانِ مِنْ طِينٍ
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Surat shaad ayat 71
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِين        
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah".
Disamping jasad, manusia memiliki roh. Allah berfirman:Surat Al-hajr ayat 29
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”
Ayat ini menunjukkan adanya hubungan langsung dan erat antara roh dan Allah sehingga menunjukkan bahwa unsur roh yang ada dalam diri manusia memiliki hubungan  langsung dengan Allah. Itulah sebabnya (spiritual) merupakan unsur terpenting dalam pribadi manusia. Sejalan dengan Al-Qur’an, para filisofis Islam mengakui bahwa manusia itu tersusun dari elemen materi dan immateri. Kedua elemen ini merupakan hasil emanasi Tuhan. Melelui unsur immateri yang ada dalam dirinya, manusia dapat berhubungan langsung dengan Allah. Karena itulah unsur spiritual yang dimiliki oleh manusia menempati posisi yang sangat penting, sebab ia merupakan jalur penghubungan antara manusia dan Tuhan. Krisis spiritual juga akan menurunkan martabat manusia sejajar dengan martabat materi hewani. Karena unsur spiritual itu memiliki fungsi yang sangat dominan dalam diri manusia, krisis spiritual bagi manusia menyebabkan terjadinya berbagai penyakit jiwa yang menimbulkan berbagai kemudhorotan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Ini adalah jawaban pertanyaan pertama. Kedua, problem spiritual bagi manusia modern adalah merupakan hal yang tidak mudah untuk dipecahkan begitu saja. Bagi orang modern perbedaan roh dan jasad hanya dalam logika tidak dalam realitas. Oleh karena itu manusia modern telah kehilangan keyakinan metafisik dan eskatalogis diganti dengan ide-ide materialisme. Sebab manusia modern akhir dari eksistensialisme yang hanya mengakui eksistensi manusia manakala manusia tersebut sudah merdeka dan dia merdeka kalau menjadi ateis. Maka dari itu manusia modern mengalami krisis spiritual. [11]
Setelah diketahui penyebab terjadinnya krisis, selanjutnya peran Neo-sufisme dalam menanggulangi krisis spiritual yaitu, yang telah dikonstruk oleh Fazlur Rahman sebagai tasawuf model salafi. Berdasarkam acuan normative Al-Qur’an dan As-Sunnah dan menjadikan Nabi dan para salaf ash-shalihim sebagai panutan adalam aplikasinnya, dalam proses menjalankan spiritualisasi ketuhanannya. Yaitu dengan mengeliminasi unsure mistik-metafisk dan asketik dalam tasawuf serta unsur-unsur heterodoks asing lainnya, dan digantikan dengan doktri-doktrin yang bernuansa salaf  yang quranik-normatif.
Doktrin yang dimaksud untuk menjadikan tasawuf mampu berperan dalam konteks sosial kemasyarakatan. Karena banyak problem, yang berkembang di tubuh tasawuf  kini, maka dari itu harus diperbaruhi agar tasawuf sebagai bagian dari keislaman dapat memberikan kontribusi positif terhadap kehidupan masyarakat muslim dalam berbagai bidang kehidupannya.
Unsur dasar Neo-sufisme  adalah sifat kehidupan manusia yang senantiasa berubah.  Artinnya, kontek kehidupan tasawuf pada abad lalu berbeda dengan konteks kekinian. Karena masyarakat manusia realitas yang senantiasa berubah dan mencair. Oleh karena itu, perubahan masa kini harus disikapi dengan pola yang baru pula. Tasawuf yang dipraktekkan dalam masa kini  harus dengan memperhatikan bahwa masalah kemanusiaan dalam kehidupan sosial merupakan bagian dari kearagaman sufi. Tujuan yang dapat dicapai tetap sama, yaitu ketenangan, kedamaian, dan kebahgiaan intuitif, dan bukan untuk individu saja tapi untuk kesalehan sosial.[12]
            Untuk menghasilkan gagasan Neo-sufisme ini, kelihatannya harus diikuti dengan peletakan formulasi ajaran dan sistem pembinaan menuju sufi yang jelas dan terarah. Sufisme terdahulu digemari banyak orang, adalah karena kejelasan nilai dan sistem yang ditawarkan, sehingga orang dengan mudah dapat meyakini sebagai pilihan yang terbaik. Kalau demikian, untuk menempatkan Neo-sifisme sebagai alternatif terakhir dan terbaik dalam upaya mewujudkan Islam sebagai Rahmatan lil’alamin, maka gagasan ini harus dikongkritkan dalam bentuk pola ajaran dan pola pembinaan, menuju terciptanya insan “ sufi masa kini”. Realisasi ide ini kelihatannya tidak sulit, karena cukup dengan menginterpretasi dan reaktualisasi nilai dasar sufisme terdahulu sesuai dengan konteks kekinian. Sebab, nilai dasar yang sufisme terdahulu, nampaknya tetap releven untuk diaktualkan. Yang perlu dilakukan adalah memformulasikan ulang hal-hal yang bersifat instrumental saja, sedangkan aktualisasinya bisa diselaraskan dengan tantangan dan peluangnya.[13]














III.             KESIMPULAN
Iintisari tasawuf terdahulu yaitu membangun jalan bebas hambatan menuju Allah sehingga ia dapat bertatap muka dengan yang Al-Haqq. Lintasan yang ditempuh menempuh beberapa tahap dan berujung pada pengalaman spiritual yang adi dan asri, yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan yang memiliki tingkatan kebenaran mutlak, karena diperoleh langsung dari Yang Maha Benar. Oleh karena itu keinginan yang berlebihan itu menyebabkan mereka menempatkan syari’ah dibawah kendali sufisme, sebab menurut konsepsi ini, untuk dapat sampai pada tingkat “al-kasyf”, hanya dapat ditempuh melalui kontemplasi dengan aturan dan perangkat amalan yang menuntut”kebebasan” dari hukum formal syari’at.
Neo-sufisme merupakan pembaharuan tasawuf, yang mampu menyeimbangi antara aspek spiritual dengan masyarakat. Yang mempunyai ide memperpanjang harapan terciptanya kehidupan yang seutuhnya.




















DAFTAR PUSTAKA

Siregar,Rivay. Tasawuf Dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme. Jakarta:Raja Grafindo Persada,2002.
Ali,Yunasril. Sufisme dan Pluralisme.Jakarta: PT Elex Media Komputindo,2012.
Rifa’i, Bachrun dan Hasan Mud’is.Filsafat Tasawuf.Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Rozak, Abdul. Filsafat Tasawuf. Bandung : CV PUSTAKA SETIA, 2010.







[1] Rivay Siregar,Tasawuf Dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2002),309.
[2] Yunasril Ali,Sufisme dan Pluralisme(Jakarta: PT Elex Media Komputindo,2012),264.
[3]Rifay Siregar, Tasawuf Dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme.,314
[4] Ibid.,312
[5] Ibid.,314
[6] Ibid.,316
[7] ibid.,318
[8] Bachrun Rifa’i,Hasan Mud’is,Filsafat Tasawuf,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2010),312.
[9] Yunasril Ali,Sufisme dan Pluralisme(Jakarta: PT Elex Media Komputindo,2012),264.
[10] Abdul Rozak, Filsafat Tasawuf,) Bandung : CV PUSTAKA SETIA, 2010(,313.
[11] Ibid.,314
[12] Abdul Rozak, Filsafat Tasawuf.,313.
[13] Rifay Siregar, Tasawuf Dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme.,320-322.

TERAPI DZIKIR UNTUK PENGOBATAN JIWA DAN FISIK

Tidak ada komentar:
 TERAPI DZIKIR UNTUK PENGOBATAN JIWA DAN FISIK
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas  mata kuliah  
Tasawuf akhlaqi tahun ajaran 2015/2016
Dosen pengampu: Imam Masrur, M.Th.I, CHt,CI
MAKALAH



Disusun oleh:
Umi Kulsum (933600514)
PROGRAM STUDI AKHLAK TASAWUF
JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
 (STAIN) KEDIRI
2015
TERAPI DZIKIR UNTUK PENGOBATAN JIWA DAN FISIK
I.                   PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi yang dituntut serba cepat dan modern ini, permasalahan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari semakin beragam, sehingga dapat menimbulkan tekanan yang mengakibatkan penyakit fisik dan jiwa.
Banyak pasien yang berobat dengan keluhan fisik yang sudah tidak bisa diobati dokter, namun banyak pula pasien yang datang karena permasalahan kehidupan maupun kegoncangan jiwa. Pada dasarnya, penyakit fisik yang diderita pasien bisa disebabkan oleh pola hidup yang tidak teratur, pola makan yang tidak diperhatikan, serta stres.
Bedzikir merupakan salah satu anjuran agama untuk selalu mengamalkannya dan dapat menentramkan hati yang melafaldkannya. Tentunya bagi setiap orang yang menghayatinya.Oleh karena itu, dalam makalah ini bagaimana terapi dzikir dapat mengobati penyakit jiwa maupun fisik pada manusia trsebut.

B.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang di uraikan sebelumnya, berikut ini rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini:
1.      Apa manfaat dari dzikir?
2.      Bagaimana manfaat berdzikir untuk kesehatan tubuh?
3.      Bagaimana hubungan pelafalan huruf dan jaringan saraf otak manusia?


II.                PEMBAHASAN
A.    Manfaat dari Berdzikir
Pada saat orang-orang arif menemukan bahwa dzikir adalah jalan yang dapat menyampaian kepada Allah, mereka sibuk-sibuk malam mauoun siang dengan berdzikir.hati mereka tidak pernah lepas dari Zat yang dicintainya.dalam dzikir, mereka menemukan kelezatan yang tiada bandingnya[1].
Di dlam buku manfaat dzikir untuk kesehatan saraf,  dijelaskan bahwa seorang ahli hadist terkenal, al- Hafizh Ibn al- Qayyim menulis sebuah kitab yang berjudul al-Wabil al-Shayyib. Dalam kitab itu ia berbicara secara panjang lebar tentang manfaat dzikir yang akan dirasakan manusia, di antaraya:
1.      Dzikir akan menimbulkan kecintaan kepada Allah SWT.
2.      Dzikir menurupakan media untuk kembali kepada Allah ta’ala.
3.      Dzikir akan mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.
4.      Dzikir akan meningkatkan derajat manusia disisi Allah SWT.
5.      Cahaya dzikir itu akan selalu menyertainya baik ketika hidup di dunia, di alam kubur, maupun kelak saat ia akan berjalan melintasi Shirat.[2]
Keutamaan dzikir dan keistimewaan orang-orang yang selalu berdzikir juga banyak disebutkan dalam Hadist Nabi, diantaranya:
1.      Barang siapa ditimpa kedukaan dan keresahan, perbanyaklah mengucapkan “laa hawla walaa quwwata illa billaah”
2.      Barang siapa yang terbiasa membaca istigfar, maka Allah akan memberinya jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapinya dan jalan keluar dari setiap keresahannya, serta memberikan rizki dari jalan yang tiada terduga(HR.Abu Dawud). [3]
B.     Manfaaat dzikir untuk kesehatan saraf
Banyak ilmuwan dan ahli kedokteran yang mencoba meneliti hubungan antara do’a atau dzikir dan kesehatan manusia.
Dadang Hawari menyebutkan beberapa diantaranya:
1.      Penelitian yang dilakukan oleh GW. Comstock dan kawan-kawan(1972) seperti yang dimuat dalam journal of chonic Disease menyatakan bahwa orang-orang yang melkukan kebiasaan keagamaan secara teratur dan terbiasa memanjatkan do’a kepada Tuhan mereka,ternyata risiko kematiannya akibat jantung koroner lebih rendah 50% sementara kematian akiat paru-paru lebih rendah 56%, kematian akibat penyakit hati lebih rendah 74%, dan kematian akiabat bunuh diri lebih rendah 53% dibanding orang-orang yang jarang melakukan aktivitas keagamaan secara rutin.[4]
2.      Penelitian yang dilakukan iluwan Larson dan kawan-kawan (1989) terhadap pasien yang memiliki masalah tekanan darah tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak memiliki gejala hipertensi, diperoleh kenyataan bahwa komitmen agama kelompok kontrol lebih baik dan dikemukakan bahwa, kegiatan agama seperti do’a dan dzikir mencegah seseorang dari hipertensi.
3.      Penelitian Levin dan Vanderpool (1989) tehadap penyakit jantung dan pembuluh darah  menemukan bahwa kegiatan agama akan memperkecil resiko seseorang menderita penyakit jantungdan pembuluh darah.
Hubungan antara anggota tubuh dan jaringan saraf manusia : saraf merupakan pusat segala aktivitas kehidupan. Boleh saja seorang ahli jantung mengklaim bahwa jangtung merupakan orgn paling vital bagi kehidupan, demikian pula ahli mata, telinga, kulit, ginjal, atau hati. Masing-masing ahli akan menunjukkan bahwa organ yang dipelajarilah yang paling vitl. Namun, perhatikanlah semua organ itu tidak akan berfungsi bila jaringan saraf mengalami kerusakan. Ini berkaitan erat dengan aktivitar berdzikir akan mempengaruhi otak, dan selanjutnya melalui otak terjadi perbaikan fungsi organ-organ lain.[5] Juga dapat meningkatkan pencapaian tingkat spiritualitas yang tinggi.[6]
C.    Hubungan Pelafalan Huruf dan Jaringan Saraf Otak Manusia
Otak manusia berada di dalam tempurung tengkorak yang sangat keras. Otak terdiri atas jaingan dengan aneka jaras (seperti kabel instalasi listrik), zat-zat neorokimia(melalui jalur inilah proses penyembuhan diri berlangsung), serta pembuluh darah besar dan kecil dengan cabang-cabangnya yang halus. Struktur otak sendiri tidak memiliki serabut nyeri. Namun, dinding pembuuh darah pada selput otak yang melingkupi otak mengandung saraf-saraf reseptor ( yang menerima rangsang nyeri) . otak melakukan persepsi dan asosiasi dari suatu rangsang nyeriyang dihantarkan melalui jaras (kabel) menuju otak untuk ditafsirkan apakah jenis rasa nyeri itu, kuantitasnya dan juga kwalitasnya.[7]
            Otak memiliki mekanisme pertahanan yang secara otomatis akan langsung bekerja ketika kelangsungan hidupnya terancam. Mekanisme pertahanan itu bekerja melalui zat Neorokimia yang rumit dan pembuluh darah otak. Otak sangat peka terhadap perubahan tekanan yang terjadi di dalam tengkorak. Bila ada tumor atau pendarahan didalam otak, sedangkan ruangan di dalam terngkotak terbatas, maka “massa baru” ini bila dibiarkan akan mendesak jaringan otak ebawah yang akan mengakibatkan kematian, karena stasiun atau pusat yang mengatur fungsi vital seperti pernapasan tidak berfungsi. Namun Allah telah memberikan kemampuan khusus pada otak untuk menghadapi kedaan seperti itu. Allah memberikan mekanisme pertahanan berupa kemampuan pembuluh darah otak untuk mengubah volume dalam tengkorak agar otak tidak terdesak.[8]

Pada saat pembuluh darah menyempit, pembuluh darah mengecilkan volume darah dalam otak sehingga volume otak diusahakan mendekati tetap.
            Dilihat dari tinjauan ilmu saraf,terdapat suatu hubungan antara aliran udara pernapasan keluar yang mengandung CO2 dan proses yang rumit didalam otak berdasarkan pengamatan, pengalaman empiris, dan studi literatur, disimpulkan bahwa ada hubungan yang erat antara pelafalan huruf pada bacaan dzikir dan tampilan klinis(kondisi fisik dan psikis seseorang).
            Sering disaksikan terjadi perubahan yang cukup besar kearah penyembuhan pada pasien-pasien yang tebiasa berdzikir dengan khusuk  dibanding pasien lain yang tidak pernah berdzikir atau dzikirnya asal-asalan sekalipun keduanya memiliki penyakit yang sama..
            Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Arman Yurisaldi Saleh, terdapat beberapa pasien yang terbiasa mendzikirkan kalimat tauhid laa ilaha illaah dan kalimat istigfar ketika mengalami sakit, ternyata proses penyembuhan lebih cepat dibanding pasien lain yang tidak berdzikir. Kedua kalimat itu di kenal luas oleh kaum muslimin. Nyaris semua umat Islam mengetahuidan melafaldkannya. Sebenarnya apa keutamaan kedua kalimat itu sehingga sering didzikirkan oleh kaum muslimin? Mengapa mereka memilih kedua kalimat itu?
Klaimat pertama mengadung makna pengakuan dan penegasan kita akan ke esaan Allah dan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Sementara kalimat kedua mengandung pengakuan akan segala dosa dan kesalahan kita sehingga kita dengan segenap kerndahan hati, memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa.[9]
            Sebagai seorang dokter dan ilmuwan saraf, Arman selalu berfikir dari sudut pandang ilmu kedokteran modern.  Setelah melakukan berbagai kajian dan analisis, Arman menemukan adanya hubungan yang jelas antara pelafalan laa ilaha illaah dan astagfirullaahal’adzim dengan mekanisme otak dan jaringan saraf ditinjau dari kajian neurokimia(hubungan antara saraf dan zat kimia di dalam otak).
Namun dzikir itu harus dilafalkan dengan baik dan benar yaitu sesuai tajwid.
Hubungan antara ilmu tajwid dengan pelepasan karbondioksida
Berdasarkan pada penjelasan ilmu tajwid,dapat di uraikan bahwa kalimat laailaha illallaah dan astagfirullah mengandung rahasia yang luar biasa.
Unusur-unsur aailaha illallah didalamnya ada huruf jahr yang diulang tujuh kali, yaitu huruf lam, dan didalam astagrifullah terdapat huruf ghayn,ra dan dua buah huruf lam sehigga ada empat huruf jahr yang harus dilafalkan dengan keras dan mengakibatkan udara yang keluar dari paru melalui mulut lebih banyak dibandingkan dengan kalimat dzikir yang lain.
            Dengan demiian, dari kajian olmu tajwid, mendzikirkan kedua kalimat itu akan mengeluarkan CO2 lebih banyak saat udara keluar dari mulut,.
            Pembuluh darah di otak ketika seseorang melakukan dzikir secara intens dan khusuk seraya memahami artinya, akan membuat aliran CO2 yang keluar dari pernapasan terutama ketika melafalkan huruf lam dengan benar. Engucapan kalimat dzikir ini akan mengakibatkan kadar CO2 di dalam otak secara teratur menurun jumlahnya. Secara kimiawi, hal ini mengakibatkan diameter dinding pembuluh darah cenderung mengecil.
            Pengecilan diameter pembuluh darah ini hanya terjadi sesaat, karena keadaan ini akan menurunkan jumlah aliran darah pada jaringan otak.  Tubuh akan menunjukkan kemampuan refleks kompensasi. Bagaimanakah proses ni terjadi?
            Ketika pembuluh darah di dalam otak mengalami  penyempitan, pasokan darah keotak menurun sehingga otak kekurangan oksigendan glukosa yang penting untuk otak. Dalam kedaan yang seperti itu tubuh secara otomatis akan berusaha memenuhi kebutuhan pasokannya. Hanya ada satu upaya praktis yang bisa dilakukan dalam keadaan seperti itu, yakni memasukkan oksigen sebanyak-banyaknya kepada otak. Dengan cara itu, tubuh menghirup oksugen sebanyak-banyaknya ,Sehingga pembuluh darah melebar dan bisa mengantarkan oksigen ke dalam otak. Mekanisme itu secara otomatis akan meningkatkan volume aliran darah.
            Penurunan kadar oksigen dan glukosa yang disebabkan oleh turunnya psokan aliran darah setelah pengecilan pembuluh darah, secara otomatiis akan memunculkan reaksi tubuh untuk mendapatkan oksigen sebanyak-banyaknya yaitu menguap. Ketika seseorang menguap, terjadi penyedotan oksigen yang sebagian besar (80%) disuplai kedalam otak yang relatif kekurangan oksigen. Selanjutnya oksigen dlam jumlah besar mengalir menuju seluruh bagian otak. Tentu saja, otak telah mengukur dan menakar oksigen yang dibutuhkannya. Suplai oksigen yang cukup bsar itu akan merevitaisasi seluruh bagian otak sehingga otak kembali segar.










III.             PENUTUP
Banyak sekali manfaat dari bedzikir bagi manusia entah itu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan kekebalan jiwa. Umat muslim sangat dianjurkan untuk melakukannya. Dengan benar-benar khusuk dan rutin. Itu akan membantu keistiqomahan kita dalam beribadah kepada Allah. Manfaat dekat dengan Allah dan sehat jasmani maupun jiwa akan diperoleh.
















DAFTAR PUSTAKA

Ahmad ,Tafsir.zikrullah.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2013
Arman ,Yurisaldi. Berdzikir untuk Kesehatan Saraf.Jakarta:Zaman.2010
Subandi.Psikologi Dzikir.Yogjakarta: Pustaka Pelajar.2009



[1] Ahmad Tafsir, zikrullah(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2013),149.
[2] Arman Yurisaldi, Berdzikir untuk Kesehatan Saraf(Jakarta:Zaman,2010),33.
[3] Ibid.,34
[4][4] Ibid.,36
[5] Ibid.,37
[6] Subandi,Psikologi Dzikir(Yogjakarta: Pustaka Pelajar,2009),235.
[7] Arman Yurisaldi, Berdzikir untuk Kesehatan Saraf.,43
[8] Ibid.,47
[9] Ibid.
 
back to top